Tuesday 12 March 2019

KEJANG DEMAM PADA ANAK

Definisi
  • Kejang demam adalah bangkitan yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh ( suhu di atas 38’C, dengan metode pengukuran suhu apapun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial (American academy of pediatric, 2011).
  • Kejang terjadi karna kenaikan suhu tubuh, bukan karna gangguan elektrolit atau metabolik lainnya. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam. Anak berumur 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, namun jarang sekali, bila anak <6 bulan kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, terutama infeksi susunan saraf pusat. Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini melainkan termasuk dalam kejang neonatus. (Nelson KB, Ellenberg JH, pediatric)
Epidemiologi
  • Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun (American academy of pediatric, 2011)
Klasifikasi
  • Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
  • Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang demam sederhana
  • Berlangsung singkat (< 15 menit)
  • Bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik)
  • Tidak berulang dalam waktu 24 jam
Kejang demam kompleks
  • Kejang lama (>15 menit)
  • Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
  • Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.

Diagnosis
  • Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang
  • Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK otitis media akut/OMA, dll)
  • Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga
  • Singkirkan penyebab kejang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
  • Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah.
  • Pungsi Lumbal: Dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan umum baik. Indikasi:
    • Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
    • Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis
    • Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.
  • Electro Encephalography (EEG): Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, KECUALI apabila bangkitan bersifat fokal, untuk menentukan adanya fokus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
  • Pencitraan: Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala tidak rutin dilakukan pada anak dengan kejang demam sederhana. Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi seperti kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.

Diagnosis Banding
  • Kejang pada anak merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Gangguan primer mungkin terdapat pada intrakranium atau ekstrakranium
  • Kelainan intrakranium: meningitis, ensefalitis
  • Gangguan metabolik: hipoglikemia, hyponatremia, hipokalsemia
  • Epilepsi

Pemberian obat
  • Antipiretik : Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam (level of evidence 1, derajat rekomendasi A). Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
  • Antikonvulsan: Pemberian obat antikonvulsan intermiten, yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
    • Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
    • Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
    • Usia <6 bulan
    • Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
    • Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat.
  • Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
  • Pemberian obat antikonvulsan rumat: Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek (level of evidence 3, derajat rekomendasi D).
  • Indikasi pengobatan rumat:
    • Kejang fokal
    • Kejang lama >15 menit
    • Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
  • Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
    • Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang (level of evidence 1, derajat rekomendasi B).
    • Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
  • Lama pengobatan rumat
    • Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumat untuk kejang demam tidak membutuhkan tapering off , namun dilakukan pada saat anak tidak sedang demam.

PROGNOSIS
  • Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
  • Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal. Hal tersebut menegaskan pentingnya terminasi kejang demam yang berpotensi menjadi kejang lama.
  • Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
    • Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
    • Usia kurang dari 12 bulan
    • Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
    • Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang.
    • Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
  • Faktor risiko menjadi epilepsi di kemudian hari adalah:
    • Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
    • Kejang demam kompleks
    • Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung
    • Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam satu tahun.

Komplikasi
  • Sewaktu terjadi serangan kejang demam:
    • trauma akibat jatuh atau terbentur objek sekitar
    • mengigit bibir, lidah
    • aspirasi cairan ke dalam paru
  • Efek samping obat antikonvulsan yang digunakan
    • Hiperaktivitas
    • Iritabilitas
    • Letargi
    • Rash
    • Penurunan intelegensia

Edukasi kepada orang tua
  • Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orangtua. Pada saat kejang, sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan meninggal. Kecemasan tersebut harus dikurangi dengan cara diantaranya:
  • Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai prognosis baik.
  • Memberitahukan cara penanganan kejang.
  • Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
  • Pemberian obat pro laksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat.

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila anak kejang
  • Tetap tenang dan tidak panik.
  • Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
  • Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
  • Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
  • Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.
  • Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.
  • Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 menit. Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh diberikan satu kali oleh orangtua.
  • Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan.
Sekian dan Terima Kasih
Semoga bermanfaat, salam sehat :)

GEGURITAN : MATERI BAHASA JAWA

Geguritan = gurita = grita = gita. Geguritan iki kawiwitan saka carita Bharatayuda, Pendawa lawan Kurawa. Nalika senopatine Pendawa yaiku Bh...