Sunday, 31 January 2021

BAHASA INDONESIA: DEFINISI DAN CONTOH ARTIKEL

PENGERTIAN ARTIKEL

Artikel adalah karangan faktual secara lengkao dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui Koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur. Artikel juga dapat didefinisikan sebagai tulisan lepas berisi opini seseorang atau kelompok yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan kontroversial untuk tujuan memberi informasi, mempengaruhi, dan meyakinkan atau menghibur khalayak umum. Berikut definisi artikel menurut beberapa sumber.

  • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel adalah karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya.
  • Menurut Tartono, artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media masa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas.
  • Menurut Ichtiar Baru, artikel adalah karangan prosa dalam media massa yagn membahas pokok masalah secara lugas. Sehingga yang terpenting dalam sebuah artikel adalah isi yang benar dan aktual, susunannya rapi, dan hemat kata – kata.
  • Di dalam The America Heritage Desk Dictionary, artikel adalah bagian tulisan nonfiksi yang berbentuk bebas, bagian dari penerbitan seperti laporan dan esa.
  • Dalam Longman Pitman Office Dictionary, artikel adalah sebuah tulusan prosa nonfiksi, berbentuk biasa, dan bagian bebas dari sebuah majalah, Koran, dan lain – lain.
  • Dalam Webster’s Collegiate thesaurus, artikel adalah karangan, catatan, kritik, manifes, reportase, putusan, pelajaran, survey.

CIRI – CIRI ARTIKEL

  • Lugas, artinya adalah tulisan langsung menuju persoalan.
  • Logis, artinya adalah segala keterangan yang dipaparkan harus memiliki dasar dan alasan yang masuk akal dan dapat diuji kebenarannya.
  • Tuntas, artinya adalah masalah atau tema yang dipilih dipaparkan secara mendalam.
  • Obyektif, artinya adalah keterangan yang disajikan sesuai dengan data dan fakta yang ada.
  • Cermat, artinya adalah berusaha menghindari berbagai kekeliruan walau sekecil apapun.
  • Jelas dan padat, artinya adalah keterangan mudah dipahami.
  • Tidak melibatkan emosi yang berlebihan.
  • Menggunakan bahasa baku dan memperhatikan tanda baca

        Akan tetapi, karena tidak ada aturan baku sebuah artikel harus seperti ini atau seperti itu, maka sebagian orang menyanggah pendapat mengenai ciri-ciri artikel diatas karena penulisan artikel bisa tergantung karena tujuan dituliskannya artikel.

BEBERAPA TUJUAN PENULIAN ARTIKEL

  • Tujuan Penugasan: Misalnya seorang siswa sekolah yang diberi tugas untuk menulis sebuah artikel.
  • Tujuan Informasi: Artikel yang tujuannya semata – mata untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai sebuah hal.
  • Tujuan Persuasi (Membujuk): Artikel yang mengulas sesuatu hal yang di dalamnya terkandung muatan pembujukan kepada pembaca untuk melakukan suatu hal atau membeli suatu barang. Misalnya artikel tentang diabetes yang terselip materi promosi akan suatu produk bebas gula yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
  • Tujuan Entertainment: Artikel yang tujuannya untuk menghibur pembaca.
  • Tujuan Eksistensi: Artikel yang ditulis untuk menjadi penegasan diri atau untuk menyatakan eksistensi diri penulis kepada pembaca.
  • Tujuan Kreatif: Artikel yang ditulis untuk penyaluran suatu ide.
  • Tujuan Pemecahan Masalah: Artikel yang ditulis dengan tujuan membantu pembaca memecahkan permasalahan yang dihadapi.

JENIS – JENIS ARTIKEL

  • Artikel Praktis: Artikel yang biasanya ditulis dalam majalah atau Koran yang singkat dan mudah dipahami.
  • Artikel Ringan: Artikel yang mudah dipahami
  • Artikel Halaman Opini: Artikel yang ditulis di halaman opini misalnya artikel tentang pendapat  dari para pembaca.
  • Artikel Analisis Ahli: Artikel yang ditulis tentang para ahli.
    Ada beberapa jenis artikel berdasarkan dari siapa yang menulis dan fungsi atau kepentingannya (Tartono 2005: 85-86). Berdasarkan penulisnya, ada artikel redaksi dan artikel umum. Artikel redaksi ialah tulisan yang digarap oleh redaksi di bawah tema tertentu yang menjadi isi penerbitan. Sedangkan artikel umum merupakan tulisan yang ditulis oleh umum (bukan redaksi). Sedangkan dari segi fungsi atau kepentingannya, ada artikel khusus dan artikel sponsor. Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi. Sedangkan artikel sponsor ialah artikel yang membahas atau memperkenalkan sesuatu.

LANGKAH – LANGKAH MEMBUAT ARTIKEL

Langkah pertama dalam pembuatan artikel bagi penulis pemula adalah menentukan tema yang ingin dituliskan, setelah itu membuat kerangka karangan agar tulisan yang dihasilkan tidak melebar ke permasalahan lain. Penulisan artikel harus memperhatikan kepaduan antara satu paragraf dengan paragraf yang lain. Wawasan yang dimiliki penulis sangat memperngaruhi hasil tulisan. Terakhir adalah judul, pemilihan judul harus diperhatikan dengan baik karena judul merupakan wakil keseluruhan isi tulisan.

LANGKAH LENGKAP

Menguji Gagasan

Prinsip paling dasar dari melakukan kegiatan menulis ialah menentukan atau memastikan topik atau gagasan apa yang hendak dibahas. Ketika sudah menentukan gagasan tersebut, kita bisa melakukan sejumlah pengujian. Pengujian ini terdiri dari lima tahap sebagai berikut (Georgina dalam Pranata 2002: 124; band. Nadeak 1989: 44). 

  • Apakah gagasan itu penting bagi sejumlah besar orang? 
  • Dapatkah gagasan ini disempitkan sehingga memunyai fokus yang tajam? 
  • Apakah gagasan itu terikat waktu? 
  • Apakah gagasan itu segar dan memiliki pendekatan yang unik? 
  • Apakah gagasan Anda akan lolos dari saringan penerbit?

Pola Penggarapan Artikel 

Ketika hendak menghadirkan artikel, kita tidak hanya diperhadapkan pada satu kemungkinan. Soeseno (1982: 16-17) memaparkan setidaknya lima pola yang bisa kita gunakan untuk menyajikan artikel tersebut. Berikut kelima pola yang dimaksudkan. 

  • Pola pemecahan topik: Pola ini memecah topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi subtopik atau bagian-bagian yang lebih kecil dan sempit kemudian menganalisa masing-masing.
  • Pola masalah dan pemecahannya: Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah (bisa lebih dari satu) yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan yang ditemakan dengan jelas. Kemudian menganalisa pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli di bidang keilmuan yang bersangkutan.
  • Pola kronologi: Pola ini menggarap topik menurut urut-urutan peristiwa yang terjadi.
  • Pola pendapat dan alasan pemikiran: Pola ini baru dipakai bila penulis yang bersangkutan hendak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang topik yang digarapnya, lalu menunjukkan alasan pemikiran yang mendorong ke arah pernyataan pendapat itu. 
  • Pola pembandingan: Pola ini membandingkan dua aspek atau lebih dari suatu topik dan menunjukkan persamaan dan perbedaannya. Inilah pola dasar yang paling sering dipakai untuk menyusun tulisan.

Kelima pola penggarapan artikel di atas dapat dikombinasikan satu dengan yang lain sejauh dibutuhkan untuk menghadirkan sebuah tulisan yang kaya. 

Menulis Bagian Pendahuluan 

Untuk bagian pendahuluan, setidaknya ada tujuh macam bentuk pendahuluan yang bisa digunakan (Soeseno 1982: 42). Salah satu dari ketujuh bentuk pendahuluan berikut ini dapat kita jadikan alternatif untuk mengawali penulisan artikel kita.

Artikel Populer

  • Memahami Struktur Karya Tulis Ilmiah (124,161) 
  • Menulis Artikel Ilmiah Populer (65,713)
  • Biografi Kahlil Gibran (1883-1931) (63,974) 
  • Dasar-Dasar Jurnalistik (60,623) 
  • Tips Menulis Cerpen (60,172) 
  • Bagaimana Menulis Biografi (45,848)
  • Langkah-langkah Meresensi Buku (44,183) 

selebihnya 

  • Ringkasan: Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan pokok isi tulisan secara garis besar.
  • Pernyataan yang menonjol: Terkadang disebut juga sebagai "pendahuluan kejutan", diikuti kalimat kekaguman untuk membuat pembaca terpesona. 
  • Pelukisan: Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian, atau hal untuk menggugah pembaca karena mengajak mereka membayangkan bersama penulis apa-apa yang hendak disajikan dalam artikel itu nantinya.
  • Anekdot: Pembukaan jenis ini sering menawan karena memberi selingan kepada nonfiksi, seolah-olah menjadi fiksi. 
  • Pertanyaan: Pendahuluan ini merangsang keingintahuan sehingga dianggap sebagai pendahuluan yang bagus.
  • Kutipan orang lain: Pendahuluan berupa kutipan seseorang dapat langsung menyentuh rasa pembaca, sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang akan dikemukakan dalam artikel nanti. 
  • Amanat langsung: Pendahuluan berbentuk amanat langsung kepada pembaca sudah tentu akan lebih akrab karena seolah-olah tertuju kepada perorangan.

Meskipun merupakan pendahuluan, bagian ini tidaklah mutlak ditulis pertama kali. Mengingat tugasnya untuk memancing minat dan mengarahkan pembaca ke arah pembahasan, sering kali menulis bagian pendahuluan ini menjadi lebih sulit daipada menulis judul atau tubuh tulisan. Oleh karena itu, Soeseno (1982: 43) menyarankan agar menuliskan bagian lain terlebih dahulu. 

Menulis Bagian Pembahasan atau Tubuh Utama 

Bagian ini disarankan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian. Masing-masing dibatasi dengan subjudul-subjudul. Selain memberi kesempatan agar pembaca beristirahat sejenak, subjudul itu juga bertugas sebagai penyegar, pemberi semangat baca yang baru (Soeseno 1982: 46). Oleh karena itu, ada baiknya subjudul tidak ditulis secara kaku.

Pada bagian ini, kita bisa membahas topik secara lebih mendalam. Uraikan persoalan yang perlu dibahas, bandingkan dengan persoalan lain bila diperlukan. 

Menutup Artikel 

Kerangka besar terakhir dalam suatu karya tulis ialah penutup. Bagian ini biasanya memuat simpulan dari isi tulisan secara keseluruhan, bisa juga berupa saran, imbauan, ajakan, dan sebagainya (Tartono 2005: 88).

Ketika hendak mengakhiri tulisan, kita tidak mesti terang-terangan menuliskan subjudul berupa "Penutup" atau "Simpulan". Penutupan artikel bisa kita lakukan dengan menggunakan gaya berpamitan (Soeseno 1982: 48). Gaya pamit itu bisa ditandai dengan pemarkah seperti "demikian", "jadi", "maka", "akhirnya", dan bisa pula berupa pertanyaan yang menggugah pembaca. 

Pemeriksaan Isi Artikel 

Ketika selesai menulis artikel, hal selanjutnya yang perlu kita lakukan ialah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Untuk meyakinkan bahwa tulisan yang kita hasilkan memang baik, kita harus rajin memeriksa tulisan kita. Untuk memudahkan pengoreksian artikel, beberapa pertanyaan berikut perlu kita jawab (Pranata 2002: 129-130).

Untuk pembukaan, misalnya, apakah kalimat pembuka bisa menarik pembaca? Dapatkah pembaca mulai mengerti ide yang kita tuangkan? Jika tulisan kita serius, adakah kata-kata yang sembrono? Apakah pembukaan kita menyediakan cukup banyak informasi?

Untuk isi atau tubuh, apakah kalimat pendukung sudah benar-benar mendukung pembukaan? Apakah masing-masing kalimat berhubungan dengan ide pokok? Apakah ada urutan logis antarparagraf?

Untuk simpulan, apakah disajikan dengan cukup kuat? Apakah mencakup semua ide tulisan? Bagaimana reaksi kita terhadap kata-kata dalam simpulan tersebut? Sudah cukup yakinkah kita bahwa pembaca pun akan memiliki reaksi seperti kita?

Jika kita menjawab "tidak" untuk tiap pertanyaan tersebut, berarti kita perlu merevisi artikel itu dengan menambah, mengganti, menyisipi, dan menulis ulang bagian yang salah.

ASPEK BAHASA DALAM ARTIKEL 

Melihat target pembacanya yang adalah khalayak umum, kita perlu mencermati bahasa yang kita gunakan dalam menulis artikel ilmiah populer ini. Meskipun bersifat ilmiah (karena memakai metode ilmiah), bukan berarti tulisan yang kita hasilkan ditujukan untuk kalangan akademisi. Sebaliknya, artikel ilmiah populer ditujukan kepada para pembaca umum.

Mengingat kondisi tersebut, kita perlu membedakan antara kosakata ilmiah dan kosakata populer. Kata-kata populer merupakan kata-kata yang selalu akan dipakai dalam komunikasi sehari-hari, baik antara mereka yang berada di lapisan atas maupun di lapisan bawah, demikian sebaliknya. Sedangkan kata-kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus disebut kata-kata ilmiah.

CONTOH ARTIKEL

Contoh Artikel Bencana Alam

Telah terjadi gempa bumi yang berkekuatan 7,3 skala richter pada hari Selasa pukul 14.55. Pusat gempa terletak di 142 km Barat Daya dengan kedalaman 30 km Tasikmalaya. Gempa ini sempat berpotensi Tsunami (Sumber BMG). Sama halnya, Gempa dirasakan pada 9 September 2009 yang berkekuatan 5,2 skala richter terjadi di 64 km Barat Daya Krui-Lampung, 85 km Tenggara Bintuhan-Bengkulu, 87 km Barat Daya Liwa-Lampung, 165 km Barat Daya Belambanganumpu-Lampung, 176 km Barat Daya Sumsel.

21 Agustus 2009

KEJADIAN BENCANA DAN KESIAPAN MASYARAKAT 

Akhir-akhir ini peristiwa bencana sering menimpa negeri ini, semua pihak merasa terkejut dengan rentetan kejadian bencana, diawali dengan Gempa Bumi yang diiringi gelombang tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara yang terjadi tanggal 26 Oktober 2004, merenggut nyawa berkisar 240.000 orang meninggal dan hilang, dari laporan Overseas Development Institute (ODI) tahun 2005, total kerugian finansial dan ekonomi dari bencana tsunami mencapai US$ 4,45 miliar atau sekitar Rp. 40 triliun atau sekitar 1,2 persen dari total PDB tahun 2006 , tanggal 6 Januari 2006 terjadi banjir Bandang dan tanah Longsor di Jember Jawa Timur dan Banjarnegara Jawa Tengah, tanggal 27 Mei 2006 Gempa Bumi yang terjadi di Daerah Istimewa Jogyakarta dan Jawa Tengah yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia, dari catatan Bappenas tahun 2006, kerugian finansial dan ekonomi akibat gempa bumi di Yogjakarta sebesar Rp 29,1 triliun, angka tersebut meliputi total kerusakan aset pemerintah, dunia usaha dan warga. Tanggal 2 Februari 2007 air menggenangi Ibukota Jakarta dan wilayah Jabodetabek setinggi 1 sampai 5 Meter, yang mengakibatkan ribuan rumah warga ibukota Jakarta dan wilayah Bekasi dan Tangerang terendam, dengan total kerugian finansial dan ekonomi akibat banjir berdasarkan perhitungan Bappenas mencapai Rp 8,8 triliun, tanggal 6 Maret 2007 terjadi Gempa Bumi di Sumatera Barat yang meluluhlantakkan pemukiman penduduk yang berakibat ratusan jiwa meninggal dan ribuan rumah rusak serta tanggal 10 September 2007 Gempa Bumi menghantam Provinsi Bengkulu dengan kekuatan 7,9 skala richter. Dari rangkaian kejadian tersebut membuktikan bahwa wilayah kepulauan Indonesia rentan terhadap kejadian peristiwa alam yang dinamakan bencana alam.

Melihat kondisi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki geografis, geologis, hidrologis dan demografis Indonesia yang memungkinkan terjadinya bencana,baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.Selain itu secara kultural, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, ras dan golongan, maka Indonesia sangat potensial terjadinya bencana yang disebabkan oleh karena ulah manusia termasuk kerusuhan sosial.Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu potensi utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard potency), potensi utama dapat dilihat dari peta rawan bencana yakni kita memiliki zona-zona rawan gempa, banjir dan terjadinya banjir bandang maupun tanah longsor, sedangkan potensi bahaya ikutan antara lain kepadatan pemukiman penduduk, prosentase bangunan yang terbuat dari kayu sangat tinggi utama diperkotaan atau yang dikenal dengan daerah kumuh diperkotaan.

TIPIKAL KORBAN BENCANA

Melihat beberapa peristiwa bencana yang menimpa beberapa daerah yang terkena musibah, banyak hal yang dapat penulis dapatkan dari pengalaman melaksanakan misi kemanusiaan untuk membantu korban bencana, baik dari segi karakteristik masyarakat maupun ketahanan mental masyarakat menghadapi musibah, sebagai ilustrasi saat terjadi bencana dan pasca bencana hampir seluruh masyarakat Aceh termenung seakan tak percaya dengan kejadian yang hanya 15 menit dapat menghancurkan sebagian wilayah Meulaboh, Kota Banda Aceh, Syah Kuala, Loknga dan kawasan pesisir Aceh, tatapan hampa terlihat dari raut wajah para pengungsi, tetapi dengan ketegaran jiwa dan dukungan serta simpati masyarakat dari belahan dunia ini rakyat Aceh bangkit menatap masa depan yang lebih cerah .

Penduduk Jogjakarta dan Jawa Tengah terlihat sabar dan nerimo terhadap peristiwa alam yang menimpa dirinya melalui ungkapan ya, mau gimana lagi mas, wong kita hidup ini ada yang maha mengatur, masyarakat Sumatera Barat sangat tegar menghadapi ujian dari Allah, ini terlihat dari kegigihan dan tidak larut dalam kedukaan, kito dirantaupun sudah biaso menghadapi rintangan seperti ini, warga Bengkulu khususnya di daerah Kecamatan Batiknau Bengkulu Utara begitu panik dan kalut, sehingga secara spontan ratusan warga dengan membawa senjata tajam, kayu dan bambu menunjukkan reaksi negative dengan cara menghadang kendaraan bantuan serta kendaraan pejabat pemerintah yang nomor polisi berwarna merah, bahkan membuat rintangan dijalan berupa pemasangan kayu balok, seng, kursi demi mengharapkan bantuan dari para dermawan, sehingga kendaraan yang lewat harus terlebih dahulu bernegosiasi sembari berujar kami ini korban gempa juga, jangan kendaraan lewat saja dan kami tidak dibantu, apa bedanya kami dengan masyarakat di Kabupaten Muko-muko.

Dari Sidoarjo akibat semburan lumpur panas yang tak kunjung henti, terbetik jeritan pilu dari warga seperti terlontar dari seorang ibu Sowi warga desa Siring yang menangis tersedu-sedu sambil berujar ” Saya telah kehilangan rumah, perabotan, kulkas, mesin cuci, saya telah kehilangan semua yang saya miliki selama ini, yang diikuti warga lainnya. Harta yang kami kumpulkan bertahun-tahun musnah oleh semburan dan genangan lumpur, kami tidak butuh janji-janji, kami butuh kepastian, kami kedinginan, tidur seadanya, demikian juga Pak Solihin seorang purnawirawan tak kuasa membendung duka yang dialaminya sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya dan mata yang berkaca-kaca. Beban psikologis tampak terasa amat berat dirasakan oleh para korban dan anak-anak yang sedang ditenda pengungsian sebagai tempat penampungan sementara sembari menunggu kepastian yang tak kunjung tiba. Tampak dari beberapa titik bahwa terlihat jelas beberapa pabrik tempat mereka mencari nafkahpun ikut terendam oleh lumpur panas. Kami tidak tahu sampai kapan harus bertahan disini.

Berpijak dari rangkaian kejadian tersebut, secara antisipatif mari kita selalu siap, siaga dan sigap untuk menghadapi kejadian bencana, yang notabene sudah menjadi bagian dari siklus kehidupan masyarat Indonesia, hal ini beranjak dari berbagai pengalaman yang pernah kita lihat, kita rasakan dan kita saksikan selama ini. Sikap mental yang tangguh sangat menentukan percepatan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena musibah, sikap tawakal dan menganggap peristiwa alam adalah konsekuensi dari hidup saling membutuhkan antara manusia , alam dan seisinya. Perilaku yang bijak serta bertawakal kepada Allah mutlak harus tertanam didalam hati sanubari setiap insan dalam menyikapi peristiwa alam yang terjadi. Manusia terkadang lupa, apa yang diperbuat dimuka bumi ini merupakan investasi sosial yang diimplementasikan dalam bentuk akumulasi tindakan dan perbuatan yang akan berimbas pada hasil yang akan diterimanya selama hidup bersinergi dengan alam.

Untuk memperkuat kesiapsiagaan itulah perlu adanya semacam personel penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat, seperti halnya TAGANA.

Diposkan oleh Irfan pada hari Selasa, 16 Februari 2012

Label: ARTIKEL, pendidikan 


Saturday, 30 January 2021

ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)

Etiologi tersering

  • Bakteri E. coli

Apa yang dimaksud relaps pada ISK

  • Relaps: Dalam waktu 6 minggu, sama
  • Reinfeksi: >6 minggu beda
  • Rekuren: terbukti dari kultur dan frekuensi timbul >3x dalam 1 tahun atau lebih dan 2x dalam 6 bulan
  • Relaps: kembali terjadi setelah 2 minggu paska pengobatan ISK pertama, kuman sama
  • Reinfeksi:  >4 minggu  post pengobatan ISK pertama, etiologic berbeda

Insidensi ISK pada usia >65 tahun  Pria < wanita

  • Pada bayi < 3 bulan -> laki > perempuan
  • 3 bulan – 1 tahun -> laki = perempuan
  • Usia sekolah – tua -> laki < perempuan
  • Laki-laki > 80 tahun, insidensi 20%

ISK bawah

  • Trias dysuria, frekuensi, urgensi
  • Nyeri suprapubic
  • Afebris
  • Urinalisis

ISK atas/pyelonephritis

  • Febris >38°C
  • Menggigil
  • Flank pain/nyeri
  • Kultur (+)


CONTOH PIDATO BAHASA JAWA (SESORAH)

SESORAH BASA JAWA KANTHI TEMA

“BUDAYA INDONESIA”

Assalamu’alaikum wr. wb.

1. Ibu Budiastuti Sumaryanti, M. Pd, Ingkang tansah pinundhi.

2. Para tamu undangan, dalah Bapak Ibu Guru ingkang kula mulyakaken.

3. Sarta kanca-kanca ingkang kula tresnani.

Langkung rumiyin sumangga kita sareng-sareng muji syukur wonten ing ngarsa Dalem Gusti Ingkang Akarya Jagad, ingkang sampun paring pinten – pinten rahmat, taufik, hidayah saha kanikmatanipun dhateng kita sedaya. Pramila saking punika kita sedaya saged kempal wonten ing mriki kanthi rahayu wilujeng mboten kirang setunggal punapa. Amin.

Saderengipun, keparenga kula cumanthaka matur wonten ing ngarsa bapak, ibu, kanca-kanca sedaya ing adicara punika. Salajengipun, kula ngaturaken agunging panuwun dhumateng sedaya awit sampun kersa rawuh wonten ing adicara punika. Mugi-mugi, adicara kanthi tema “Pelestarian Budaya Bangsa, Mengokohkan Persatuan dan Kesatuan” punika saged kaleksanan kanthi wilujeng.

Bapak, ibu, ingkang minulya,

Indonesia kondhang awit saking maneka warni budayanipun, amargi kathahing pulo ingkang wonten ing Indonesia, saking Sabang dumugi Merauke nandhakaken Indonesia nggadhahi adat – istiadat ingkang kathah sanget. Basanipun kemawon cacahipun dumugi atusan. Dereng malih dipungunggum kaliyan kesenianipun tuwin tradisinipun. Salah satunggaling ingkang misuwur inggih punika tembangipun. Tembang-tembang punika mboten namung dipuntembangaken, ananging sampun dados identitas tuwin jati dhiri dhaerahipun piyambak piyambak. Menawi wonten tiyang ingkang nyebataken tembang Anging Mamiri, penggalih kita temtu tumuju dhateng dhaerah Sulawesi Selatan. Semanten ugi menawi kita nyebataken tembang Rasa Sayange. Penggalih kita temtu tumuju dhateng Kepulaun Maluku ingkang endah. Dados, mboten ngungunaken menawi kathah Nagari ingkang rumaos meri kaliyan nyobi-nyobi ngakeni menawi budaya kita menika dados kagunganipun.

Bapak, ibu, ingkang kinurmatan,

Kathah cara kagem kita ngawekani budaya kaliyan adat istiadat ingkang benten-benten kasebat. Tuladhanipun kanthi cara tepa salira satunggal kaliyan satunggalipun, utawi ngurmati satunggal kaliyan satunggalipun. Kados pundi kemawon budaya dhaerah sanesipun punika ugi salah satunggalipun budaya bangsa kita. Budaya Nuswantara ingkang kedah dipunlestantunaken. Mboten sarana ngawon-awon antawisipun budaya satunggal tuwin budaya sanesipun wonten ing nagari Indonesia menika. Kanthi sesanti “Bhineka Tunggal Ika” ingkang ngandhut ateges benten-benten nanging tetep nyawiji. 

Bapak, ibu, ingkang kula mulyakaken,

Pramila saking punika sumangga kita sareng-sareng nyenyuwun dhateng Gusti, mugi-mugi pengetan punika saged migunani sedayanipun, sarta mugi-mugi Nagari kita tansah keparingan ayem, tentrem, karta raharjo. Sumangga kita mbangun Nagari kanthi adil lan makmur. “Merdheka!! Merdheka!!”

Cekap semanten atur kula, sedaya lepat saha kekiranganipun kula nyuwun agunging pangaksami. Maturnuwun awit saking kawigatosanipun. Wasana sugeng lelenggahan kanthi merdikaning penggalih wiwit purwa, madya, dumugi wasana.


Wabilahitaufik wal hidayah,

Wassalamu’alaikum wr.wb.


Friday, 29 January 2021

PENGOBATAN DIABETES MELLITUS SAAT PUASA


Berdasarkan pedoman yang dibuat oleh The International Islamic Fiqh Academy dan The Islamic Organization for Medical Sciences, penderita diabetes dibagi atas 4 kategori berdasarkan atas boleh tidaknya mereka berpuasa:

  • Risiko rendah, boleh berpuasa
    • Pasien sehat dengan diabetes yang terkontrol oleh diet dan obat-obatan
    • Kadar HbA1C <7%
  • Risiko sedang, dapat menjalankan puasa dengan hati-hati
    • Pasien sehat dengan diabetes yang terkontrol oleh diet, obat-obatan atau short acting insulin
    • Kadar HbA1C <8%
  • Risiko tinggi, diperbolehkan tidak berpuasa
    • Nilai gula darah puasa atau gula darah sebelum puasa 150-300 mg/dl
    • Kadar HbA1C 8-10%
    • Memiliki komplikasi mikrovaskular (gangguan retina, ginjal, saraf) atau makrovaskular
    • Tinggal sendirian atau mendapat terapi sulfonilurea atau insulin
    • Pasien usia lanjut di atas 75 tahun
    • Pasien dengan penurunan fungsi ingatan berat, demensia, atau mendapat pengobatan yang mempengaruhi daya ingat
    • Adanya penyakit penyerta yang berat, seperti gagal jantung, stroke, kanker, atau darah tinggi yang tidak terkontrol
  • Risiko sangat tinggi,  tidak direkomendasikan berpuasa
    • Pemeriksaan gula darah tinggi, dengan rata-rata nilai gula darah puasa atau gula darah sebelum puasa >300 mg/dl
    • Kadar HbA1C >10%
    • Hipoglikemia berat selama 3 bulan terakhir
    • Hipoglikemia berulang atau hipoglikemia yang tidak diketahui penyebabnya
    • Adanya komplikasi diabetes ketoasidosis atau hiperglikemia hiperosmolar
    • Diabetes tipe 1
    • Adanya penyakit akut
    • Pekerja fisik berat
    • Sedang hamil
    • Pasien dengan penurunan fungsi ingatan berat, demensia, atau mendapat pengobatan yang mempengaruhi daya ingat
    • Pasien yang sedang menjalani dialisis (cuci darah)

Obat anti diabetes oral

  • Ganti dosis metformin 3 x 500 mg menjadi 2 x 1000 mg
  • Obat sulfonilurea tidak disarankan atau harus digunakan dengan dengan hati-hati
  • Apabila tetap digunakan, turunkan dosis sulfonilurea sampai setengahnya
  • Penggunaan obat SGLT2 tidak dianjurkan\
  • Obat TZDs, alfa glucosidase inhibitor atau incretin tetap dapat digunakan

Insulin

  • Penggunaan insulin premixed atau insulin kerja menengah 2x sehari diganti menjadi insulin kerja menengah yang dipakai malam hari dan insulin kerja cepat bersamaan dengan makan
  • Gunakan dosis insulin yang dianjurkan saat berbuka dan setengah dosis saat sahur
  • Insulin pump: pertimbangkan untuk mengurangi dosis basal dan modifikasi dosis bolus saat berbuka dan sahur


BAHASA INDONESIA: TEORI IKLAN

Berdasarkan tujuannya, iklan dibagi menjadi Comercial Advertising, Corporate Advertising, Public Service Advertising. 

  • Commercial Advertising: Iklan jenis ini bertujuan untuk mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa. Iklan ini terbagi menjadi dua:
    • Iklan Strategis: Digunakan untuk membangun merek. Hal itu dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk. Perhatian utama dalam jangka panjang adalah memposisikan merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar. Iklan ini mengundang konsumen untuk menikmati hubungan dengan merek serta meyakinkan bahwa merek ini ada bagi para pengguna.
    • Iklan Taktis: Memiliki tujuan yang mendesak. Iklan ini dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek tertentu. Pada umumnya iklan ini memberikan penawaran khusus jangka pendek yang memacu konsumen memberikan respon pada hari yang sama.
  • Corporate Advertising: Iklan yang bertujuan membangun citra suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Iklan Corporate akan efektif bila didukung oleh fakta yang kuat dan relevan dengan masyarakat, mempunyai nilai berita dan biasanya selalu dikaitkan dengan kegiatan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Iklan Corporate merupakan bentuk lain dari iklan strategis ketika sebuah perusahaan melakukan kampanye untuk mengkomunikasikan nilai-nilai korporatnya kepada Public. Iklan Corporate sering kali berbicara tentang nilai-nilai warisan perusahaan, komitmen perusahaan kepada pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau logo perusahaan yang baru atau mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar.
  • Public Service Advertising: Iklan Layanan Masyarakat merupakan bagian dari kampanye social marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Biasanya pesan Iklan Layanan Masyarakat berupa ajakan, pernyataan atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum atau merubah perilaku yang “tidak baik” supaya menjadi lebih baik, misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap perbedaan pendapat, anti narkoba dan sebagainya.


Thursday, 28 January 2021

FTT (GAGAL TUMBUH)

Gagal tumbuh atau failure to thrive (FTT) adalah suatu keadaan terjadinya keterlambatan pertumbuhan fisik pada bayi dan anak, dimana terjadi kegagalan penambahan berat badan yang sesuai dengan grafik pertumbuhan normal, dibandingkan dengan tinggi badan. Gagal tumbuh didefinisikan sebagai pertumbuhan yang berada di bawah kurva persentil 3 atau persentil 5 dan atau terjadinya perubahan pada kurva pertumbuhan yang melewati dua kurva persentil mayor dalam dua waktu pengamatan. Seorang anak dikatakan mengalami failure to thrive jika posisi BBnya di grafik pertumbuhan mengalami penurunan lebih dari 2 persentil utama (3, 10, 25, 50, 75, 90, 97).

Failure to thrive bukanlah suatu diagnosis tetapi merupakan gejala dari pelbagai penyakit yang dikelompokkan sebagai gangguan asupan makanan, gangguan absorbsi makan, serta penggunaan energi yang berlebihan.

Gagal tumbuh dibagi berdasarkan penyebab organik dan non organik. Penyebab organik mewakili 30% dari semua gagal tumbuh, yang disebabkan proses penyakit mayor atau disfungsi organ. Sedangkan gagal tumbuh yang non organik disebabkan oleh pengaruh lingkungan, kurangnya asuhan fisik dan emosional sebesar 70%.

Adapun penyebab yang organik adalah gangguan nutrisi, gangguan sistem saluran pencernaan, penyakit infeksi, penyakit kardiovaskular, penyakit pernafasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin, kelainan kongenital, dan penyakit susunan saraf pusat. Kecepatan pertumbuhan yang normal pada usia 0-6 bulan sebesar 32 cm/tahun, 6-12 bulan sebesar 16 cm/tahun, 1-2 tahun sebesar 10 cm/tahun, 3-4 tahun sebesar 7-8 cm/tahun dan 5-10 tahun sebesar 5-7 cm/tahun. Bayi cukup bulan pada awalnya akan kehilangan 5-10% berat badan waktu lahir, tetapi akan meningkat kembali pada hari ke 7 sampai ke 10. Penambahan berat mencapai dua kali berat lahir pada usia 4-5 bulan dan tiga kali berat lahir pada usia 1 tahun. Selama 3 bulan pertama bayi harus mencapai penambahan berat 25-30 g/hari. Pada usia 3-6 bulan bayi harus mencapai penambahan berat badan 20 g/hari dan pada 6 bulan sampai 1 tahun penambahan berat badan 12 g/hari.


BAHASA INDONESIA: TATACARA PENYEBUTAN TOKOH DALAM PIDATO ATAU SAMBUTAN

Pada penyelenggaraan suatu acara hampir selalu melibatkan pejabat atau orang yang dituakan / dihormati dalam masyarakat. Tata urutan penyebutan nama pejabat berkaitan dengan tingkatan jabatan seseorang dalam pemerintah.

  • Tata penyambutan pejabat:
    • Menyebut pejabat sebagai awal pembuka acara pada acara resmi adalah penyebutan resmi
    • Menyebut VIP dimulai dari jabatan tertinggi
    • Sebutkan Jabatan ..... Bp/Ibu.... Nama
    • Apabila acara dihadiri oleh presiden, penyebutan VIP hanya untuk presiden.
  • Contoh urutan Penyebutan di acara Universitas Muhammadiyah Purworejo:
    • Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
    • Majilis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan PP Muhamadiyah,
    • Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah,
    • Ketua dan Anggota Badap Pelaksana Harian UMP
    • Para anggota senat UMP,
    • Rekan-rekan Pimpinan perguruan tinggi,
    • Bupati Purworejo dan Anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah,
    • Pimpinan Daerah Muhammadiyah Purworejo,
    • Pimpinan Daerah Aisyiyah Purworejo,
    • Pimpinan Cabang Muhammadiyah,
    • Pimpinan Cabang Aisiyah,
    • Mitra UMP,
    • Para tamu undangan dan hadiri, insan-insan mulia yang dirahmati Allah SWT.
  • Jenis acara:
    • Acara Resmi
      • Kenegaraan
      • Upacara
      • Peresmian
Karakteristik acara ini: formal, serius, dan khidmat

    • Acara Semi Hiburan
      • Ulang tahun perusahaan
      • Pisah kenal
      • Pameran pembangunan
      • Lounching
      • Resepsi pernikahan

Karakteristik acara ini ada perpaduan antara sifat formal dari acara resmi dan sifat meriah pada acara hiburan.


Wednesday, 27 January 2021

WEANING TERAPI OKSIGEN

Prosedur menghentikan terapi oksigen disebut penyapihan (weaning), dapat dilakukan secara bertahap dengan menurunkan konsentrasi oksigen selama periode waktu yang ditetapkan sambil dievaluasi parameter klinis dan SpO2 atau dapat juga langsung dihentikan. Awalnya penghentian oksigen dilakukan selama 30 menit dan dilanjutkan untuk waktu yang lama, jika tidak terdapat deteriorasi, penghentian dapat dilakukan secara total. Tanda-tanda deteriorasi, yaitu peningkatan RR (terutama >30x/menit), penurunan SpO2. Pada pasien dengan penyakit respirasi yang kronis akan membutuhkan oksigen dalam konsentrasi yang rendah untuk jangka waktu yang lebih lama. Pemberian oksigen harus dihentikan apabila oksigenasi arteri sudah adekuat dengan keadaan bernapas pada udara kamar (PaO2 >60 mmHg, SaO2 >90%). Weaning dipertimbangkan apabila pasien sudah merasa nyaman, penyakit dasar sudah terstabilisasai, tekana darah, nadi, frekuensi napas, warna kulit dan oksimetri dalam batas normal, serta hasil AGD dalam batas normal.

WEANING VENTILATOR (terdapat 3 cara)

  1. Ventilator diweaning dari AC ke SIMV dan kemudian ke CPAP, dilakukan bila PIP≤ 16 cmH2O, FiO2 < 35%, CO2 baik
  2. Ventilator diweaning dari AC langsung ke CPAP tanpa melalui SIMV, bila PIP ≤16 cmH2O, FiO2 <35%
  3. Ventilator diweaning dari IMV ke CPAP atau langsung dengan memberikan oksigen head box. Ekstubasi ke CPAP atau head box dilakukan bila PIP ≤ 15 cmH2O, FiO2 < 40%, rate ≤ 20 kali/menit, analisis gas darah dan klinis stabil.


BAHASA INDONESIA: STRUKTUR CERITA

  • Cerita merupakan inti dari sebuah karya fiksi yang fundamental sebagai kelancaran cerita dan pembangun karya fiksi.
  • Plot merupakan unsure jalannya cerita atau lebih tepatnya peristiwa-peristiwa yang terjadi saling susul menyusul, namun lebih sekadar peristiwa itu sendiri.
  • Penokohan merupakan bagian dari tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagamina perwatakan dan bagaimana penempatan, serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memebrikan gambaran yang jelas kepada pembacanya. Penokohan dibagi menjadi 2:
    • Penokohan analitik (langsung): Pengarang mengalisa langsung baik menjadi orang pertama atau ketiga.
    • Penokohan dramatic (tidak langsung): Melalui dialog antar tokoh. Dialog yang dilakukan antar tokoh yang sedang membicarakan salah satu dari tokoh tersebut yang berdialog.
      • Melalui tindakan tokoh
      • Melalui pikiran tokoh (Sang tokoh bercakap-cakap sendiri atau berkata dalam hati.)
      • Melalui tanggapan tokoh lain (Dalam suatu dialog tokoh, menceritakan tokoh lain.)
      • Melalui penggambaran lingkungan
  • Latar merupakan landasan tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dibedakan menjadi 3:
    • Latar waktu
    • Latar tempat
    • Latar suasana
  • Sudut pandang merupaakn strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukaan gagasan dan ceritanya.

Bahasa

  • Dalam sebuah karya sastra, bahasa merupakan pengembangan fungsi utama bersifat komunikatif:
    • Bahasa sastra: sebuah fenomena bahasa yang bersifat emotif dan komunikatif
    • Style dan stalistika: style sengaja tidak diindonesiakan menjadi gaya bahasa melainkan hanya dimodifikasi menjadi sytle.
    • Stalistika dan hakikat stilistika: mempelajari sastra dari segi bahasa.
  • Moral merupakan isi karya sastra yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Unsur Ekstrinsik

  • Unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau system organisme karya sastra.
  • Keadaan subyektivitas Individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan pandangan hidup yang mempengaruhi penulisan karya sastra yang ditulis.


Tuesday, 26 January 2021

FAKTOR RISIKO PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS)

  1. Merokok
    • Merupakan faktor risiko utama mortalitas pada bronkitis kronis dan emfisema
    • Bersifat dose response -> fungsi paru menurun
  2. Hiperesonsif saluran pernapasan
    • Terjadinya proses inflamasi dan kerusakan yang terjadi akibat merokok
    • Hiperesponsivitas saluran napas menjurus pada remodelling struktur airway -> obstruktif 
  3.  Infeksi saluran napas
    • Infeksi saluran napas pada usia anak-anak menjadi faktor predisposisi pada dewasa mengalami PPOK
    • Infeksi saluran napas meningkatkan insidensi eksaserbasi
  4. Pajanan zat lingkungan pekerjaan
    • Paparan abu dan debu (arang/tekstil)
    • Kadmium 
  5. Polusi udara
    • Belum cukup terbukti dibandingkan efek rokok
    • Asap hasil pembakaran biomass menjadi faktor risiko lebih banyak pada kaum wanita.
  6. Faktor genetik
    • Defisiensi alfa-1 antitripsin, insidensi <1/100
    • Dihasilkan oleh hepar merupakan inhibitor protease menginhibisi neutrophil elastase
    • Defisiensi menyebabkan emfisema pada usia rerata 53 th pada bukan perokok, dan rerata 40 th bagi perokok

BAHASA INGGRIS: HOW TO MAKE A NEWS ITEM

  • Title
    • Tragedy Because of “Cendol”
  • Newsworthy event
    • Three people died and twelve others were hospitalized on Sunday for alleged food poisoning in Limapuluh Kota Regency, Padang West Sumatra. Local residents said they got a headache and vomited after drinking “cendol” – small, rice-flour beads used in shaved iced beverages – served during a wedding party in Batu Ampar Sub-district.
  • Background event
    • What > There is food poisoning because of “cendol”.
    • Where > in Limapuluh Kota Regency, Padang, West Sumatra.
    • When > on Sunday, when there is a wedding party in Batu Ampar Sub-district.
    • Who > three people died and twelve others were hospitalized. 
    • Why > because there is poison in ‘cendol’.
    • How > local residents said they got a headache and vomited after drinking “cendol” – small, rice-flour beads used in shaved iced beverages – served during a wedding party in Batu Ampar Sub-district.
  • SOURCE
    • Ujiani

Tragedy Because of “Cendol”

PADANG- Three people died and twelve others were hospitalized on Sunday for alleged food poisoning in Limapuluh Kota Regency, Padang West Sumatra. Local residents said they got a headache and vomited after drinking “cendol” – small, rice-flour beads used in shaved iced beverages – served during a wedding party in Batu Ampar Sub-district.

When we ask the plot of this tragedy to Ujiani, one of the victims, she said “Well I was invited to a wedding party of my neighbor in Batu Ampar. We were having a wedding meal was good until we drank a glass of “Cendol”. After half an hour, I felt dizzy and I felt like I had to throw up. Then I vomited. I also witnessed some of the guests doing the same thing.”

Ujiani said that she doesn’t remember anything because he fainted and when he woke up, he was already in the hospital.
The police came to that wedding party soon and appeased the incident. The doctors have handled that incident, but three victims died on the way to the hospital. People hope this incident does not happen anymore.

Monday, 25 January 2021

ANOREKSIA GERIATRI (HILANGNYA NAFSU MAKAN PADA LANSIA)

Anoreksia berasal dari bahasa Yunani, an-tanpa dan orexe-nafsu makan, sehingga anoreksia diartikan sebagai kehilangan atau menurunnya nafsu makan. Anorexia pada geriatri ditandai dengan adanya rasa hilang nafsu makan dan lebih cepat merasa kenyang. Penyebab anorexia merupakan kombinasi dari faktor medis : penyakit akut dan kronis, obat-obatan, demensia, gangguan mood serta faktor psikologis, lingkungan, sosial dan budaya. Faktor terkait regulasi normal asupan makan:

  1. Nafsu makan diregulasi oleh kombinasi stimulus perifer dan pengaturan sentral di otak. Patogenesis dari anoreksia melibatkan penurunan aktivitas terkait usia dari bagian otak yang spesifik, termasuk hipotalamus, dalam memberi respon terhadap stimulus perifer (sinyal dari sel lemak, nutrien, hormon). Pusat pengaturan makan dimodulasi oleh beberapa faktor seperti dynorphin, nitric oxide, neuropeptide Y dan corticotropin-releasing factor. Hormon gastrointestinal seperti cholecystokinin, gastrin-releasing peptide, amylin, somatostatin, dan bombesin juga meregulasi rasa kenyang.
  2. Hipotalamus menerima sejumlah sinyal perifer yang bersifat oreksigenik atau anoreksigenik (meningkatkan atau menurunkan nafsu makan/asupan makan). 

Penyebab patologis anoreksia terkait dengan penyakit akut dan kronis. Penyakit akut ditandai dengan penurunan spontan asupan makan walaupun terdapat peningkatan kebutuhan energi dan nutrien. Anoreksia pada penyakit akut dan kronis sering terkait terhadap cachexia. Cachexia adalah sindrom metabolik kompleks yang ditandai dengan kehilangan massa otot dengan atau tanpa massa lemak. Tanda klinis yang prominen dari cachexia adalah penurunan berat badan. Peningkatan kadar sitokin pro inflamasi seperti interleukin (IL) 1, IL-2, IL-6, interferon γ dan tumor necrosis factor α yang bersirkulasi pada saat keadaan infeksi diyakini sebagai penyebab penurunan nafsu makan pada geriatri. Sitokin memiliki efek langsung terhadap supresi asupan makan dan asupan nutrien yang rendah. IL-1 dan TNF bekerja di neuron sensitif glukosa pada nukleus ventromedial di hipotalamus (pusat rasa kenyang) dan area lateral hipotalamus (pusat rasa lapar). Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara jalur regulasi oreksigenik dan anoreksigenik. 

Referensi

  • Janssens, JP, Krause, KH 2004, ‘Pneumonia in the very old’, Lancet, vol. 4, pp.112-124.
  • Martone, AM, Onder, G, Vetrano, DL, Ortolani, E, Tosato M, Marzetti, E, Landi, F 2013, ‘Anorexia of Aging : A Modifiable Risk Factor for Frailty’, Nutrients, vol.5, pp.4126-4133.
  • Morley, JE, Thomas, DR, Wilson MMG 2006, ‘Cachexia : pathophysiology and clinical relevance’, American Journal of Clinical Nutrition, vol. 83, pp.735-743.
  • Riquelme, R, Torres, A, El-Ebiary, M, Mensa, J, Estruch, R, Ruiz, M, Angrill, J, Soler, N 1997, ‘Community-Acquired Pneumonia in the Elderly : Clinical and Nutritional Aspects’, American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, vol. 156, pp.1908-1914
  • Thomas, DR 2009, ‘Anorexia : Aetiology, Epidemiology and Management in Older People’, Drugs Aging, vol.26, issue 7, pp.557-570
  • Ulfah, A 2014, Referat Anoreksia Geriatri, downloaded from www.scribd.com


RESENSI DAN REVIEW: MENULIS PROPOSAL



Judul buku : Menulis Proposal
ISBN : 978-979-18351-1-4
Penulis : Rameli Agam
Penyunting : Muhammad Fahmi
Desain Cover : Aulia
Tata letak : Aulia
Pracetak         : Giyadie
Penerbit         : Familia
Tempat terbit : Mraen, Gg. Mawar No. 115 RT 4 RW 10, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 
                                  55285. Telp. /Faks.: (0274)623360, 081392009066. Email: bukufamilia@gmail.com.
                                  Blog: bukufamilia.wordpress.com
Tebal buku : xi + 152 halaman
Warna Sampul : Biru
Tahun terbit : November 2008
Cetakan buku : Cetakan I
Ukuran buku : 20, 5 x 15 cm
Harga : Rp 24.000,00

Buku dengan judul Menulis Proposal ditulis oleh Rameli Agam. Rameli Agam kuliah di Universitas Terbuka (UT) Bandung jurusan Administrasi Negara. Sejak tahun 2002 menjadi wartawan Surat Kabar Mingguan Galura Grup Pikiran Rakyat.

Rameli Agam beberapa kali bermain teater. Ia juga aktif di Komunitas Celah – Celah Langit (CCL), Ledeng, Bandung. CCL merupakan komunitas kesenian yang kerap melakukan partisipasi aktif bersama berbagai pihak, untuk mewakafkan waktu, pikiran, tenaga, dan daya kreatif dalam membangun spiritual masyarakat dan mensosialisasikan gagasan lewat pengucapan kesenian di bidang sastra, teater, tari, musik, serta seni rupa.

Berikut ulasan singkat buku Menulis Proposal yang ditulis oleh Rameli Agam. Awal dari buku ini berisi tentang pengertian proposal. Proposal merupakan sebuah media penyampaian ide mengenai peluang dalam berbagai aktivitas, seperti membuat suatu acara, penawaran bisnis, penelitian, maupun proyek yang bersifat individu maupun lembaga yang telah dirumuskan dari sebuah keadaan tertentu. Sebelum melangkah dalam proses pembuatan proposal, alangkah baiknya mengenal terlebih dahulu karateristik dari sebuah proposal. Secara umum, proposal memiliki ciri – ciri yang khusus, antara lain sebagai berikut: tujuannya untuk sebuah kerja sama yang saling menguntungkan; bahasanya resmi; kalimatnya singkat, padat, jelas, dan memikat; bersifat tidak rahasia; dan persuasif. Komponen dari persuasif adalah mendapatkan perhatian klien dan meyakinkan klien bahwa proposal Anda bernilai beberapa hal yang dapat membangun ketertarikan dan keyakinan calon klien.

Jenis proposal terdiri dari dua macam yaitu proposal formal dan proposal nonformal. Proposal formal adalah proposal yang bersifat resmi atau dinas. Biasanya pembuatan proposal ini ditujukan untuk penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Proposal nonformal adalah jenis proposal yang fleksibel karena ditampilkan dalam surat pendek. Kadang – kadang proposal ini disebut dengan proposal surat.
Proposal bisnis termasuk ke dalam jenis proposal nonformal. Sesuai dengan namanya, proposal bisnis dibuat untuk kepentingan bisnis. Oleh karena cakupan dunia bisnis itu luas, penulisan dalam proposal bisnis tidak harus terpaku pada suatu aturan yang sudah baku. Penulisan proposal bisnis bisa disesuaikan dengan orang atau lembaga yang akan menjadi target anda. Pembuatan proposal bisnis pada dasarnya memuat semua ide yang dirumuskan dan dirangkum dengan sangat rinci menjadi sebuah peluang. Peluang itulah yang menjadi produk Anda. Produk yang dihasilkan itu harus bisa dijual dan direalisasikan. Berikut adalah konsep proposal bisnis: pengantar, pembahasan, proyek yang diusulkan, kualifikasi perusahaan, lampiran – lampiran.

Proposal event digunakan untuk orang atau lembaga yang akan mengadakan suatu acara. Bagi orang atau lembaga yang mempunyai cukup dana, tidak ada masalah untuk segera melaksanakannya. Akan tetapi, bagaimana dengan yang tidak mempunyai dana? Inilah permasalahannya, bagaimana bisa menjalankan suatu usaha, jika tidak memiliki modal. Jalan keluarnya adalah mencari orang atau lembaga yang mau mendanai udaha anda. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan membuat proposal. Berikut adalah format proposal event: halaman judul, latar belakang, tujuan kegiatan, nama dan tema kegiatan, bentuk kegiatan, peserta, penyelenggara, jadwal dan lokasi kegiatan, susunan acara, susunan panitia, rencana anggaran, penutup, lampiran.

Selanjutnya adalah proposal penelitian. Proposal penelitian pada hakikatnya adalah rencana penelitian. Di dalam proposal penelitian terdapat gambaran umum tentang hal – hal yang akan diteliti dan cara penelitian itu dilaksanakan. Oleh karena sifatnya sebagai rencana, dalam usulan penelitian harus dikemukakan unsur – unsur pokok dari kegiatan penelitian, seperti: latar belakang permasalahan, masalah yang akan diteliti, teori yang digunakan, hipotesis yang akan diuji, kepustakaan atau literature yang digunakan sebagai rujukan dalam penyusulan proposal penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, estimasi biaya yang diperlukan, dan organisasi peneliti serta lampiran.

Proposal kerja sama adalah sebuah hubungan antara dua belah pihak tentang suatu pekerjaan atau kepentingan yang didasari oleh prinsip saling menguntungkan. Tujuan proposal kerja sama adalah untuk memperkuat posisi produk dengan saingan, memperluas jaringan pemasaran, menyelamatkan perusahaan, memperkecil perusahaan, dan saling membutuhkan sehingga dua belah pihak sama – sama puas dengan kerja sama yang dijalin. Berikut adalah format proposal kerja sama: latar belakang, isi proposal, penutup, dan lampiran.

Proposal Proyek merupakan istilah lain yang dipakai untuk membedakan proposal yang ditulis untuk bisnis atau penelitian. Dalam proposal proyek kecenderungannya adalah menawarkan kegiatan yang lebih bersifat sosial, non-profit, dan biasanya masuk dalam program – program eksklusif, seperti program pemerintah atau misi sosial pada perusahaan – perusahaan tertentu. Dalam proposal proyek, tidak menutup kemungkinan bentuk penawarannya berupa jasa, program, maupun produk, sehingga bentuknya tiak jauh berbeda dengan proposal bisnis atau penelitian. Bahkan kesempatan dalam penawaran produk ini dianggap sebagai promosi atau ruang iklan untuk mengenalkan atau memantapkan image perusahaan bersangkutan. Berikut adalah format proposal proyek: lembar salinan RFP, surat pengantar tanda RFP diterima, ringkasan eksklusif, halaman judul, daftar isi, daftar tabel, pendahuluan, latar belakang, isi proposal, penetapan staf, anggaran, otorisasi, dan lampiran.

Selain yang dipaparkan di atas, buku ini juga memuat gaya bahasa yang baik dalam proposal, follow up, pelaksanaan, dan strategi sukses menggolkan proposal. Strategi yang digunakan adalah sebagai berikut: target perusahaan, menembus target perusahaan atau lembaga luar negeri, melakukan pendekatan, belajar dari pengalaman orang lain, penentuan tema proposal yang sesuai, penyampaian proposal, presentasi, negosiasi, dan manajemen kegagalan.

Buku Menulis Proposal ini membuat kita mengerti bagaimana cara membuat proposal yang baik. Di dalam buku ini juga memuat asal – usul, ciri –ciri, makna, dan jenis proposal. Dengan adanya dasar menulis proposal yang telah disebutkan, pembaca akan lebih mudah memahami pembahasan pada bab selanjutnya. Bahasa yang komunikatif juga mempermudah pembaca dalam belajar menulis proposal. Selain cara membuat proposal, buku ini juga dilengkapi dengan strategi sukses menggolkan proposal dan menuntun jalannya pelaksanaan sehingga penulis proposal dapat lancar dan sukses dalam acara, penelitian, kerja sama, dan proyek yang dibuatnya.

Ada pun kekurangan dari buku ini adalah sebagai berikut. Di dalam buku ini terdapat kertas yang terbuang sia – sia, seperti pada halaman v terdapat judul “PENGANTAR PENERBIT” tapi tidak ada isinya. Satu lembar tersebut terbuang sia – sia hanya untuk sebuah judul yang tak berisi. Bahasa dalam buku ini memang komunikatif tapi tata letak isi dalam buku ini tidak urut dan terdapat banyak lampiran di bagian belakang buku, sehingga sangat tidak efektif. Apabila contoh bagian proposal terdapat pada lampiran, maka pembaca harus membuka halaman belakang (bagian lampiran) untuk dapat mengerti contoh tersebut. Tentu saja hal ini meresahkan pembaca.

Buku panduan menulis proposal ini membantu para penulis proposal agar proposal yang telah disusun dapat disetujui atau dikabulkan oleh target. Kemauan untuk terus belajar dan menuangkan ide – ide juga diperlukan dalam proses belajar membuat proposal yang baik sesuai pedoman yang ada. Buku ini ditulis untuk menambah pengetahuan yang baru dalam dunia pendidikan dan wirausaha. Selain itu, tujuan ditulisnya buku ini adalah untuk memunculkan ide – ide segar dan inovatif agar dapat dikembangkan sesuai potensi yang ada.

 

Sunday, 24 January 2021

HEPATITIS

Acute Viral Hepatitis

Definisi

Hepatitis merupakan inflamasi yang terjadi pada hepar. Bisa disebabkan oleh virus, toxin, autoimun, obat-obatan dan masalah sistemik lainnya. Secara epidemiologis, 70% persen dari kasus hepatitis ditemukan subklinik (tidak menunjukkan gejala yang spesifik), umumnya pada usia produktif. Hanya 30% dari kasus hepatitis yang menujukkan gejala klinis, baik yang sifatnya ikterik ataupun nonikterik, mild sampai severe, akut sampai kronik, recovery ataupun fulminant, terutama pada usia lanjut. Sedangkan untuk anak khususnya neonates dia umumnya sama sekali tidak bergejala namun merupakan carrier yang bisa menularkan kepada orang lain atau akan teraktivasi sewaktu dewasa. Tipe viral hepatitis yang dapat mengeinfeksi manusia ada 5 macam, yaitu hepatitis A virus (HAV), hepatitis B virus (HBV), hepatitis C virus (HCV), hepatitis D virus (HDV), dan hepatitis E virus (HEV). Sekuel perjalanan penyakit hepatitis ada 4, yaitu inkubasi, pre ikterik, ikterik, dan recovery. Pada masa inkubasi dan preikterik, gejala2 seperti demam, ruam, arthritis dan megali hanya dijumpai pada 15% pasien. Pada masa ikterik dan recovery, dijumpai gejala ikterik, urin yang berwarna gelap gatal pada 10-15% pasien. Gejala yang paling umum adalah malaise dan anorexia. Nausea dan nyeri kuadran kanan atas umum muncul pada masa preikterik, ikterik dan recovery.

  • gejala arthritis muncul karena HBsAg masuk ke dalam sendi dan menyebabkan inflamasi.
  • gatal muncul karena adanya jaundice, namun biasanya lokasi gatalnya susah dicari.

Hepatitis A

Hepatitis A menular secara fecal-oral terkait dari kurangnya hygiene dan terlalu padatnya populasi. Masa inkubasi HAV ± 4 minggu (15-45 hari). Replikasinya hanya terjadi di liver namun virusnya berada di feses, darah, empedu dan hati. IgM Anti HAV dapat dideteksi dalam masa akut dimana aktifitas serum aminotransferase tinggi dan fecal HAV masih dapat ditemukan, sekitar beberapa bulan setelah onset infeksi. 

Hepatitis B

Hepatitis B menular melalui hampir seluruh cairan tubuh, terutama kontak seksual dan transmisi perinatal. Masa inkubasi HBV 30-180 hari. Lain dari ke empat macam virus lainnya, HBV merupakan virus DNA, bukan RNA. Di bagian terluar dari virion ada lapisan S yang disebut HBsAg dan dapat dideteksi dalam darah selama masa infeksi akut, 8-12 minggu pertama. Satu sampai dua bulan setelah onset jaundice, HBsAg akan menghilang dan digantikan oleh anti-HBs yang akan menetap selamanya. Antigen pada nucleokapsid core adalah HBcAg yang hanya akan terdeteksi dengan pengecatan IHC karena berada didalam hepatosit. Sedangkan anti-HBc akan terdeteksi di serum 1-2 minggu setelah HBsAg muncul sampai awal anti-HBs ada. IgM anti-HBC bisa digunakan sebagai penanda akut infeksi, dan IgG anti-HBC penanda riwayat pernah terinfeksi HBV atau bisa juga kondisi infeksi kronis. HBeAg bisa menjadi penanda kualitatif dari replikasi dan infeksi HBV. Biasanya setelah enzim aminotransferase muncul, HBeAg akan menghilang. jika dalam 3 bulan selama infeksi akut HBeAg tetap positif maka kemungkinan infeksi HBV akan berkembang menjadi kronik.

Saat HBV masuk ke dalam tubuh, maka sistem imun manusia akan melepaskan sel T sitolitik dan menyerang HBV yang menyerang liver, sedangkan sel T sitolitik spesifik anti-HBV-HLA akan terbentuk dan bertanggung jawab sebagai respon imun adaptif. Persistensi virus berhubungan dengan gen HLA 1.2 restricted CD 8. Pada neonates, CD 8 nya belum matur sehingga persistensi infeksinya sekitar 85%, sehingga jika neonates mengalami infeksi akut maka akan asimptomatik namun seringkali menjadi carrier hepatitis. Jika HBV menginfeksi neonatus atau anak-anak, maka kemungkinan besar akan berkembang menjadi sirosis hepatis dan hepato cellular carcinoma (HCC). Namun apabila infeksi terjadi setelah dewasa, makan kemungkinan menjadi kronis bahkan menjadi HCC sangat rendah. Persistensi infeksi akan berkurang hingga  1-8% saat dewasa karena tubuh semakin bisa membentuk imunitas melawan hepatitis. 

Hepatitis C

Hepatitis C sering ditemukan pada pasien dengan riwayat transfusi darah dan juga percutaneous drug user. Masa inkubasi HCV ± 7 minggu (15-160 hari). Sehingga saat ini, donor darah akan selalu di skrining dengan menggunakan ALT dan anti-HCV. 

Hepatitis D

HDV bisa menginfeksi manusia bersama dengan HBV, atau mengakibatkan superinfeksi pada seseorang yang terinfeksi HBV. Masa inkubasinya 8-12 minggu.

Hepatitis E

Dikenal sebagai Epidemic non-A, non B, hepatitis. Menyebar melalui kontaminasi air karena wabah dan lain sebagainya, sangat jarang dikarenakan kontak personal. Masa inkubasinya 14-60 hari (±5-6 minggu) 

Diagnosis Hepatitis Viral Akut

Gambaran klinis hepatitis bervariasi mulai dari asimptomatik hingga gagal hati yang mengakibatkan kematian hanya dalam beberapa hari. Terdapat 4 stadium dalam semua jenis hepatitis:

  1. Masa Inkubasi
  2. Gejala prodorormal / fase preikterik
    • Pada stadium ini bersifat sistemik dan bervariasi. Gejala anorexia, mual, muntah, fatigue, malaise, athralgia, myalgia, pusing, photophobia, dan faringitis biasanya mendahului jaundice/ikterus 1-2 minggu sebelumnya. Demam bisa mencapai 39ºC terutama pada Hepatitis A dan E, keluhan air kemih yang lebih tua warnanya dan feses yang seperti dempul biasa muncul di fase ini. Fase ini melupakan fase terinfeksius. Antibody biasanya belum terdeteksi.
  3. Fase ikterus
    • Fase ini terjadi sekitar 2-3 minggu ditandai dengan munculnya gejala ikterus dan mungkin bisa gatal pada kulit. Hepar mulai membesar dengan nyeri tekan dan rasa tidak nyaman pada perut bagian kanan atas atau epigastric. 

 


BAHASA INDONESIA: KATA BAKU DAN SERAPAN SESUAI EYD

KATA BAKU DAN SERAPAN

  1. Dulu – Dahulu
  2. Adang – Hadang
  3. Imbau – Himbau
  4. Praktek – Praktik
  5. Atlet – Atlit
  6. Antre – Antri
  7. Cidera – Cedera
  8. Cinderamata – Cenderamata
  9. Izin – Ijin
  10. Jaman – Zaman
  11. Asas – Azas
  12. Asasi – Azasi
  13. Ijazah – Ijasah
  14. Sah – Syah
  15. Risiko – Resiko
  16. Efektivitas – Keefektifan
  17. Menyicil – Mencicil
  18. Mencontek – Menyontek
  19. Penganggur – Pengangguran
  20. Geladi – Gladi

MENDISKUSIKAN KALIMAT YANG SALAH

  1. Rakyat Indonesia dikejutkan oleh krisis setelah kemakmuran yang di dapat. (Rakyat Indonesia dikejutkan oleh krisis, setelah mencapai kemakmuran)
  2. Kehidupan rakyat dulu saling bantu-membantu, kini sekarang mulai luntur. (Budaya rakyat Indonesia yang dahulu saling bantu, kini mulai luntur) 
  3. Indonesia tidak bisa lepas dari hal bernama krisis. (Indonesia tidak dapat terlepas dari krisis/ Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari krisis)
  4. Namun demikian, Indonesia adalah merupakan Negara yang harus tetap kita banggakan. (Namun, Indonesia harus tetap kita banggakan/Meski demikian, Indonesia harus tetap kita banggakan)
  5. Bayangkan berapa banyak anak – anak di luar sana yang menggapai mimpinya susah payah sedangkan bersenang – senang menjadi kebiasaan kita. (Bayangkan, banyak anak di luar sana yang bersusah payah menggapai mimpinya, sedangkan kita justru bersenang – senang.)
  6. Selain itu, artis seperti Agnes Monica mengatakan kalau kita harus kuat dalam hal keyakinan agar terwujudlah mimpi itu, sebab jika tidak kuat dalam keyakinan sulitlah mimpi itu bisa terwujud.
  7. Kalau hal ini terus berlanjut, mau sampai kapan Indonesia akan bisa maju?
  8. Jadi alangkah baiknya jika pemerintah dan semua warga masyarakat Indonesia saling maklum – memaklumi dan mengerti bahwa 


Saturday, 23 January 2021

PERAN DOKTER UMUM DALAM PENANGGULANGAN KANKER

PENDAHULUAN

Kanker saat ini dikenal sebagai penyakit yang semakin meningkat insiden dan prevalensinya di masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Satu di antara lima kematian, adalah disebabkan oleh kanker, satu di antara 8 wanita akan menderita kanker payudara pada satu saat dari kehidupannya. Di Indonesia oleh karena tidak adanya population/ community based cancer registry, maka angka insiden dan prevalens yang pasti dari masing – masing kanker belum di ketahui. Di ketahui dari angka patologi (under reportation), bahwa pada wanita kanker leher rahim masih merupakan kanker yang terbanyak, di ikuti oleh kanker payudara, sedangkan pada laki – laki kanker prostat, paru, usus besar menduduki tempat tertinggi (Sarjadi & Trihartini, 2001., Alberg, et al., 2000).

Dengan semakin majunya tehnologi kedokteran, dan biologi molekuler, maka para ahli semakin memahami kompleksitas dari penyakit kanker ini, sehingga penyakit kanker ini dikenal sebagai conglomerate of diverse molecular syndrome. Artinya kanker bukan merupakan satu jenis penyakit klinis saja, melainkan merupakan penyakit yang sangat heterogen, baik dari segi klinis, prognosis, gambaran patologi, gambaran biologis (phenotype, & genotype), yang menyulitkan para dokter untuk mengobatinya. Sebagai akibatnya, mengobati kanker, bukan lagi seperti mengobati suatu penyakit dengan protokol baku tertentu, tetapi mengobati kanker lebih bersifat individual (individual tayloring of treatment), dan bahkan tergantung dari kelompok klonal sel tertentu (clonal tayloring of treatment). Sebagai akibatnya tehnologi canggih kedokteran seperti tehnologi biologi molekuler, genomik, proteomik, dan immunologi, menjadi dasar penting pengobatan kanker yang lebih baik. Tanpa tehnologi tersebut di atas, maka harapan keberhasilan pengobatan menjadi kecil. 

Beberapa jenis kanker tertentu seperti kanker payudara, kanker leher rahim, kanker usus besar, memungkinkan untuk di lakukan suatu skrining dengan tes yang sederhana, dan jika diketemukan pada stadium yang dini, akan memberikan angka kesembuhan yang baik. Deteksi dini dan skrining, sangat tergantung pada dua hal, pertama adalah kemauan masyarakat untuk berpartisipasi memeriksakan dirinya, meskipun belum terdapat gejala – gejala tertentu; kedua adalah kesadaran para dokter (umum), untuk melakukan skrining (terutama individual) pada pasien yang ditangani serta memberikan motivasi untuk melakukan pemeriksaan tertentu.

Dengan semakin maraknya pengobatan – pengobatan alternatif yang muncul di media TV, surat kabar secara berlebihan terutama yang berhubungan dengan pengobatan kanker, merupakan kemunduran yang serius dari dunia kesehatan. Hal ini sering kali menyesatkan masyarakat banyak, dan menunda pengobatan yang tepat. Iklan obat – obat alternatif yang berlebihan, penggunaan uang untuk iklan diri dan cerita sukses, dan penerimaan mass media yang anthusias (karena pembayaran iklan), merupakan keadaan sangat menyedihkan kalangan kedokteran, terutama bagi para dokter yang memilih kanker sebagai bidangnya. 

BIOLOGI MOLEKULER DARI KANKER

Telah diketahui bahwa kanker adalah penyakit DNA. Seperti di ketahui DNA adalah suatu rantai protein / molekul yang terdapat didalam inti sel, yang berperan untuk meng”koding” protein tertentu untuk sel berfungsi. Disamping fungsi ”koding”, DNA juga merupakan template dari sel anak yang akan dihasilkan (fungsi replikasi). Jika nucleotida pada rantai DNA mengalami kerusakan / mutasi (delesi, insersi, dislokasi), amplifikasi, atau gangguan pengaturannya (rearraangement), maka akan terbentuk protein / molekul yang lain, dan hal ini akan mengaruhi fungsi sel. Sel dengan kerusakan DNA jika kemudian mengalami replikasi, maka akan menghasilkan sel yang juga dengan kerusakan DNA. Sehingga semakin lama akan semakin terbentuk sel – sel yang semakin berbeda dan heterogen. Mutasi tersebut diatas jika kebetulan terjadi pada area proto-onkogen yang akan mengalami aktivasi ataupun area tumor supressor genes yang menyebabkan inaktivasi, maka sel akan tumbuh tanpa dapat di kontrol lagi. Sel yang mengalami kerusakan DNA, seringkali dapat di perbaiki, melalui mekhanisme DNA repair genes, dengan bantuan gena p53, p21, Bax dsb. Adanya mutasi dari gena p53, akan mempengaruhi kemampuan sel memperbaiki kerusakan DNA nya ataupun menghentikan siklus sel. Demikian juga sel kanker di kenal mempunyai genome yang tidak stabil, artinya akan terus terjadi mutasi, amplifikasi dan rearrangement dari DNA secara terus menerus, sehingga di ujung pertumbuhan, jaringan kanker akan mengalami de-differentiation, dan membentuk klonal sel – sel embrional kembali. Tidak jarang jaringan kanker yang mengalami de-differentiation ini tidak di kenal lagi jaringan atau sel asalnya (anaplastik, poorly differentiated), yang biasanya berhubungan dengan tumor yang agresif dan mempunyai prognosis yang buruk (Ross & Hortobayi, 2005).

Gangguan genetik yang sering muncul pada kanker adalah, 1) adanya aktivasi proto-oncogenes menjadi oncogenes; 2) inaktivasi tumor supressor genes; 3) gangguan mekhanisme repair genes; 4) gangguan mekhanisme apoptosis; 5) gangguan mekhanisme telomeres (molecular clock). Sehingga sebagai akibatnya sel tadi akan melakukan proliferasi secara lebih cepat, tidak dapat di stop, dan tidak mampu memperbaiki kerusakan DNA nya, tidak dapat menjalani program cell death, dan menjadi imortal (Ellis & Fidler edited by Mendelsohn, et al., 2002).

Sel terus berproliferasi dengan cepat, membentuk jaringan kanker yang sangat heterogen, berdifferensiasi buruk / anaplastik. Pertumbuhan awal bersifat eksponensial (deret ukur), di ikuti dengan pertumbuhan yang mendatar / plateuing, dan sebagian sel akan berhenti tumbuh, masuk dalam siklus G0, ataupun apoptosis / necrosis. Hal ini terjadi oleh karena vaskularisasi dan nutrisi yang kurang. Dengan kata lain sel – sel kanker yang kekurangan nutrisi / aliran darah akan menurunkan metabolisme, dan tidak turut dengan siklus sel, sedangkan sel kanker (biasanya di perifir) yang banyak mendapat nutrisi akan tumbuh cepat dan membentuk jaringan kanker yan heterogen. 

Di katakan jaringan kanker heterogen, artinya jaringan tersebut terdiri dari sel – sel kanker yang morfologis berbeda, pertumbuhan berbeda, sifat keganasan berbeda,  kemampuan (metastasis, invasi) yang berbeda, dan yang terpenting mempunyai kepekaan terhadap radiasi, khemoterapi ataupun terapi hormonal yang berbeda pula. Hal ini yang merupakan kausa mengapa khemoterapi ataupun radioterapi tidak akan pernah menuntaskan ataupun eradikasi kanker secara komplit.

Dapat di simpulkan bahwa sel normal dapat berubah menjadi sel kanker oleh karena adanya perubahan seperti dibawah ini : 1) Terjadinya aktivasi proto-oncogenes menjadi oncogenes; 2) Inaktivasi tumor supressor genes; 3) terjadinya kerusakan mekhanisme DNA repair genes; 4) terjadinya gangguan mekhanisme apoptosis; 5) terjadinya gangguan mekhanisme molecular clock / telomeres. Proto-oncogenes saat ini di kenal lebih dari seratus macam, dan di jumpai pada manusia dalam keadaan normal. Jika proto-oncogenes mengalami aktivasi oleh karena satu hal (eksternal / internal), maka proto-oncogenes akan berubah menjadi oncogenes, dan akan membentuk protein yang akan mendorong sel untuk terus berproliferasi. Sedangkan tumor supressor genes, jika mengalami inaktivasi, akan menyebabkan sel kehilangan kontrol proliferasinya, dan akan terus bertambah banyak dan membentuk jaringan tumor / kanker. Jika tumor supressor genes berfungsi normal, maka sel tersebut dapat dihentikan proliferasinya (cell arrest), diperbaiki kerusakan DNA nya, atau di haruskan mati melalui mekhanisme program cell death / physiological cell death / apoptosis. Sel matur akan menjalani fungsi replikasi sesuai dengan panjang rantai telomeres yang di sebut juga sebagai molecular clock; Setiap kali sel melakukan replikasi, rantai telomeres semakin pendek, dan akhirnya akan habis, dan sel akan menjalani apoptosis. Pada sel kanker hal ini tidak terjadi, oleh karena adanya ensim telomerase, yang mempertahankan panjang rantai telomeres, sehingga sel kanker menjadi imortal. Demikian juga gangguan pada DNA repair genes, akan menyebabkan sel yang mengalami kerusakan / mutasi DNA tidak akan terdekteksi, dan akan terus bersiklus danb replikasi dan menghasilkan sel baru dengan DNA yang tetap rusak. Disamping hal tersebut diatas, sel kanker pada umumnya mempunyai genome  yang tidak stabil, dan sebagai akibatnya perubahan / mutasi genetik / genes akan terus berlanjut dan menghasilkan sel – sel kanker yang semakin lama semakin heterogen.  

Seperti telah dikemukakan di muka, sel kanker dengan mutasi genetik, akan memproduksi protein – protein tertentu yang pada umumnya berperan sebagai ensim, yang memacu pertumbuhan sel itu sendiri (otokrin), sel sekitar (micro-environment), agar bersifat supportif terhadap pertumbuhan sel kanker ditempat tersebut, ataupun berfungsi mempengaruhi sel – sel jauh dari asal tumor itu sendiri (fungsi endokrin), yang dapat menyebabkan terjadinya gejala – gejala paraneoplastik. Protein – protein yang dibentuk oleh sel kanker, dan mempunyai peran penting di dalam pertumbuhan sel kanker, akan merupakan protein target dari antibodi, yang dibuat dengan rekayasa genetika, dan dapat merubah, menghentikan pertumbuhan sel kanker, ataupun membantu agar sel kanker menjadi lebih peka dengan agen khemoterapi anti kanker. Hal ini yang disebut molecular targeting therapy, yang berkembang pesat pada beberapa tahun terakhir ini. Adapun protein yang sering menjadi target adalah growth factor receptors, angiogenetic agents, (Mendelsohn, et al., 2002).

PENYEBAB KANKER

Umumnya penyebab kanker secara pasti belum diketahui dan multifaktorial. Beberapa penyebabkan pada penelitian laboratorium pada binatang percobaan, dan beberapa penyebab lain, diketahui dari studi epidemiologis. Adapun bahan baik kimia, hormon, sinar peng-ion yang dapat menyebabkan terjadinya kanker secara langsung ataupun tidak langsung disebut sebagai karsinogen (atau co-carcinogen).  

Tembakau adalah salah satu sebab kanker yang telah pasti. Penelitian kohort dari Doll & Hill 1964, menunjukan resiko terkenanya kanker paru pada perokok, dan bahwa dengan berhenti merokok, akan menurunkan resiko kanker paru, ataupun kanker di tempat lain. Beberapa jenis kanker yang di ketahui disebabkan oleh merokok adalah kanker paru, kanker tenggorokan (pharynges), esofagus, lambung, mulut, dan lain lain. Merokok tidak saja menyebabkan kanker bagi perokok aktif, melainkan juga menyebabkan kanker bagi orang disekitarnya (perokok pasif / side smokers), dengan resiko yang sama tingginya (US Public Health Service 1986). Dinyatakan oleh US Public Health Service 1986, bahwa asap yang di keluarkan oleh perokok aktif mempunyai bahan karsinogen lebih banyak.

Beberapa penyebab kanker lain adalah virus, bahan kimia tertentu, hormon, bahan makanan tertentu, radiasi dari matahari atau alat kedokteran (sinar X). Virus Ebstein Barr dan Human Papilloma Virus, telah dikenal sebagai penyebab kanker nasofaring dan kanker leher rahim ataupun kanker penis. Virrus hepatitis B dan C menyebabkan kanker dari liver. Adapun karsinogenesis dari virus, adalah virus mengadakan insersi pada DNA sel manusia, sehingga merubah anatomi maupun fisiologi dari DNA tersebut. Sebagai akibatnya sel normal akan berubah menjadi sel yang mengalami transformasi / sel kanker.

Bahan kimia tertentu  (biasanya sering terdapat pada makanan) seperti vinyl chloride, benzopyrene, nitrit & nitrat, nitrosamine, nitrosoindoles, phenolic diazotates, dan lain-lain juga menyebabkan kanker tertentu, dan mekhanisme kerjanya (karsinogenesis) hampir sama dengan virus, yaitu merubah rantai DNA. Hormon estrogen juga dikenal sebagai penyebab kanker payudara pada wanita, terutama jika ekspos tersebut terjadi awal, dimana payudara wanita belum mengalami differensiasi baik, yaitu pada usia muda, tidak hamil tidal laktasi dan terekspos oleh hormon estrogen (Russo & Russo, 2004).

WHO telah mencanangkan adanya empat Prioritas Penanggulangan Kanker secara Komprehensif yang harus di jalankan oleh semua institusi kesehatan di dunia yang bergerak di dalam memerangi kanker. Setiap individu perawat, dokter, dokter spesialis, Rumah Sakit, harus dapat mengaplikasikan ke-empat programWHO tersebut agar dapat mencegah kanker, meng-eradikasi, mengobati baik kuratif, paliatif, dan memperbaiki kwalitas hidup penderita kanker dan keluarganya. Ke-empat program WHO tersebut adalah 1) Pencegahan Primer yaitu suatu Public & Professional Education; 2) Pencegahan Sekunder Early Detection (screening); 3) Diagnosis dan Pengobatan yang tepat; 4) Terapi Paliatif dan Nyeri.

PENCEGAHAN PRIMER

Pencegahan kanker primer, adalah pencegahan sebelum kanker terjadi. Pencegahan  primer mengalami kesulitan oleh karena penyebab yang multifaktorial, dan kanker yang disebabkan juga pada banyak organ. Meskipun kanker primer multipel pada satu pasien adalah jarang. Pencegahan primer yang penting adalah suatu edukasi masyarakat yang baik dan terus menerus, disertai adanya komitmen pemerintah yang jelas. Pendidikan kanker tidak hanya penting diberikan pada masyarakat luas, tetapi juga penting di tujukan pada para dokter sendiri, yang harus terus memahami tanggung jawab moril kepada masyarakat luas, terutama mendidik dan mendeteksi dini kanker.

Komitmen pemerintah adalah penting didalam pendidikan masyarakat. Sebagai contoh adalah rokok / tembakau. Rokok adalah penyebab kanker dan juga penyebab penyakit lain (penyakit jantung, dan pembuluh darah), merupakan kebiasaan yang berbahaya bagi masyarakat perokok aktif dan pasif. Di lain pihak rokok merupakan pembayar pajak terbesar, dan hal ini mungkin menyebabkan pemerintah ragu – ragu didalam melarang iklan rokok, atau menyatakan rokok itu berbahaya. Melarang merokok ditempat umum merupakan satu langkah yang penting bagi pemerintah, disertai iklan yang jelas dalam waktu yang cukup bahaya merokok (Ernster & Cummings, 1991)

Healthy Life Style, harus merupakan kampanye para dokter dan pemerintah. Seperti juga healthy life style anjuran para ahli jantung seperti eat smart & move, pada kanker kita kenal sebagai eat vegetables and fruits fuve portions a day, yang artinya adalah lebih banyak menkonsumsi fiber, dan mengurangi lemak hewani. Jenis makanan siap saji (fast foods) telah dikenal sebagai makanan dengan kandungan lemak hewani yang tinggi, dan seringkali disertai dengan pengawet kimiawi, bukan pilihan makanan sehat. Makanan yang diolah dengan dibakar parsial juga akan menyisakan ”arang” yang cukup berbahaya karena mengandung PAHs (Polyciclic Aromatic Hydrocarbons) sebagai karsinogen. Pengawet kimiawi makanan (daging) biasanya menggunakan nitrat (atau nitrit) di katakan merupakan bahan karsinogen terjadinya kanker lambung. Makan sehat artinya selalu menggunakan bahan segar, dimasak dengan baik, menghindari makanan bakar, mengutamakan sayur dan buah – buahan, dan menu yang diatur silih berganti (Weisburger & Horn, 1991., Okey, et al., 2005).

Matahari sebagai sumber radiasi (sinar ultraviolet B2), juga sebaiknya dihindari, meskipun dengan kulit yang berpigment gelap seperti orang Indonesia akan lebih terlindung dari uV. Radiasi medik, misalnya sinar x juga jika tidak dipergunakan secara bijaksana, merupakan pisau yang bermata dua. Pohon sebagai pelindung dan penyaring sinar uV sebaiknya digalakan untuk melindungi diri sendiri dan bumi dari ”efek rumah kaca” (Health, 1991., Okey, et al. 2005)

PENCEGAHAN SEKUNDER

Pencegahan sekunder yaitu deteksi dini kanker, merupakan cara pencegahan kanker yang efektif saat ini. Umumnya kanker pada awal pertumbuhannya tidak memberikan gejala. Jika kanker telah memberikan gejala tertentu, umumnya telah mencapai stadium yang lebih tinggi, dan seringkali terlambat untuk ditangani. Sehingga didalam deteksi dini, dipergunakan prinsip skrining, yaitu menskrin populasi masyarakat (yang tampak masih sehat), dengan resiko tinggi kemungkinan menderita penyakit tertentu / kanker tertentu. Prinsip skrining adalah pemeriksaan dengan menggunakan tes tertentu, yang sederhana, murah, dapat diterima oleh masyarakat, tetapi mempunyai kepekaan dan spesifisitas yang baik. Populasi dengan tes skrining positif, akan menjalani tes diagnosis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis. Hal yang penting pada skrining masal  adalah tersedia alat diagnosis yang tepat dan modalitas pengobatan yang efektif.

Saat ini dikenal skrining terhadap tiga jenis kanker yang banyak dijumpai di masyarakat Bali dengan hasil yang baik. Yaitu kanker leher rahim, kanker payudara dan kanker usus besar. Skrining terhadap kanker leher rahim yaitu dengan cara Papanicoulou test, yaitu berdasar pemeriksaan sitologi exfoloatif dari leher rahim. Pap tes tidak saja menurunkan angka kematian akibat kanker leher rahim secara bermakna, tetapi juga menurunkan angka insiden kanker leher rahim yaitu dengan mendeteksi lesi prakanker. Skrining terhadap kanker payudara yaitu dengan menggunakan mammografi dan ultrasonografi, dapat menurunkan angka kematian kanker payudara sebanyak 30%, terutama pada wanita usia diatas 50 tahun. Penurunan angka kematian tidak cukup bermakna pada wanita usia di bawah 50 tahun, di karenakan karena densitas payudara yang masih tinggi. Dikatakan penggunaan USG  memberikan hasil yang lebih baik pada wanita usia lebih muda.

Skrining terhdap usus besar, dimulai dengan pemeriksaan ”darah tersembunyi didalam feces” (Fecal Occult Blood Test = FOBT), sebaiknya rutin dilakukan pada populasi diatas 50 tahun, dan pada populasi resiko tinggi pada usia yang lebih muda (pasien sudah pernah dengan kanker usus besar sebelumnya, riwayat keluarga / FAC / HNPCC).

Skrining terhadap kanker lain secara EBM, belum memberikan hasil yang baik, dan sebaiknya dilakukan secara individual yang dicurigai atau dengan resiko tinggi. Bagaimanapun hasil pengobatan akan lebih baik pada kanker dengan stadium yang lebih awal (lead time / length time bias?).

PENCEGAHAN TERTIER (DIAGNOSIS DAN PENGOBATAN YANG TEPAT)

Salah satu peran dokter umum didalam management kanker adalah meningkatkan kecurigaan kemungkinan kanker pada pasien yang dirawatnya. Hal ini dipermudah dengan mengetahui jenis / tipe kanker tertentu yang sering dijumpai pada laki – laki atau wanita di tempatnya bekerja. Tingkat kewaspadaan dan kecurigaan ini perlu ditingkatkan terutama pada pasien dengan keluhan tertentu, dan tidak sembuh dengan pengobatan biasa.

Diagnosis kanker umumnya terdiri dari 3 tingkatan, yaitu klinis, pemeriksaan imaging (x ray, USG, CT scan, MRI, Pet-Scan), dan pemeriksaan sitologi dan patologi. Pengobatan tidak dimulai sebelum ada data patologi dan stadium kanker yang jelas. Pada umumnya langkah – langkah managemen kanker (Eberlein & Wilson, 1991) adalah :

  1. Diagnosis 
  2. Stadium Kanker ( TNM  UICC atau AJCC)
  3. Performance Status (Karnofsky, WHO, ECOG).
  4. Perencanaan Pengobatan.
  5. Implementasi Pengobatan
  6. Evaluasi.
Langkah managemen kanker seperti diatas harus dikerjakan secara benar, dan mengacu kepada ”standard emas” diagnosis dan pengobatan kanker tertentu.

Harapan sembuh penderita selain tergantung pada jenis kanker, lokasi, stadium, dan sifat biologis, tetapi juga hasil pengobatan yang pertama. Kemungkinan pengobatan / pembedahan ke dua dan seterusnya berhasil adalah lebih kecil. Pengobatan yang baik harus mengacu pada lokasi, jenis patologi, perilaku biologis, dan stadium tumor. Pengobatan kanker saat lebih mengacu kepada individual, dan bahkan mengacu pada klonal sel kanker tertentu.

Modalitas pengobatan yang ada saat ini untuk kanker solid, adalah pembedahan, radioterapi, khemoterapi, dan terapi immunologis. Pembedahan masih merupakan modalitas pengobatan utama pada kanker solid, menyembuhkan kurang lebih 62% penderita kanker solid (Hoekstra, 2001). Dengan tambahan modalitas radioterapi dan khemoterapi sebagai terapi adjuvant, maka angka kesembuhan akan meningkat 9%. Saat ini dengan semakin berkembangnya terapi immunologis (molecular targeting therapy), kemungkinan angka kesembuhan akan lebih tinggi. Angka kesembuhan diatas tentu saja tergantung pada stadium kanker yang diobati. Dengan adanya program skrining masal yang baik (di Eropah Barat, Amerika Utara), maka stadium kanker yang datang ke RS akan bergeser menjadi lebih awal. Di Indonesia / Bali 90% penderita kanker (payudara) yang datang berobat masih dalam stadium III – IV.

Pembedahan juga menjadi lebih konservatif dan preservatif jika penderita datang pada stadium yang awal. Contohnya pada kanker payudara yang dini, dapat dilakukan pembedahan BCT (breast conserving therapy), penderita tidak perlu kehilangan payudaranya. Pada kanker usus besar yang dini, seringkali tidak harus kehilangan fungsi defekasi melalui anus, dan menurunkan kemungkinan penggunaan stoma usus.

Pada beberapa jenis kanker tertentu (kanker rongga mulut, NPC) penggunaan terapi simultan radiasi dan khemoterapi memberikan hasil yang cukup baik, meskipun memberikan hasil toksisitas pengobatan yang harus di waspadai. Molecular Targeting Therapy, yaitu suatu jenis terapi immunologis, yang umumnya menggunakan antibodi monoklonal yang mentarget protein tertentu pada sel kanker. Protein tersebut diperkirakan sebagai protein penting didalam perkembangan kanker, ataupun protein yang menentukan resistensi sel kanker terhadap modalitas pengobatan tertentu (radiasi, khemoterapi). Beberapa jenis obat target ini antara lain obat anti HER-2 (payudara), anti VEGFR, anti EGFR, dsb. Sayangnya pengobatan target ini masih sangat mahal (Eatock., et al., 2000, Dome & Look., 1999.,  Cardosi, et al, 2000.).

PENGOBATAN PALIATIF

Pengobatan paliatif terutama ditujukan untuk menghilangkan gejala atau tanda – tanda yang mengganggu kenyamanan penderita kanker (to cure maybe not, but to comfort always). Tujuan utama dari pengobatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup penderita kanker.

Sebagai unsur terpenting dari usaha paliatif adalah menghilangkan rasa nyeri penderita kanker. Tujuh Puluh persen (70%) dari penderita kanker stadium lanjut menderita nyeri sedang (50%) sampai berat (30%). Sebagian besar dari rasa nyeri pada penderita kanker tersebut diatas tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Nyeri tersebut ditambah dengan bermacam hal lain, seperti nyeri oleh karena kankernya sendiri, nyeri akibat pengobatan, gangguan psikologis, masalah sosial / budaya / ekonomi, yang akhirnya menimbulkan suatu total pain. Peran dokter umum didalam penanganan nyeri ini adalah jelas dan harus di kuasai. Penanganan nyeri menurut tangga WHO adalah pada tangga pertama penggunaan obat analgetik. NSAID + obat tambahan yang diperlukan tanpa opioid. Tangga kedua analgetik dengan atau tanpa NSAID + pengobatan tambahan ditambah opioid ringan. Pada tangga ketiga adalah sama tetapi ditambah opioid kuat (morfin dan sejenisnya). Pada 10 – 15% nyeri akan memerlukan penanganan khusus misalnya dengan memblok syaraf, epidural analgesia, intercostal nerve block (catheterization), splanchnic block, chordotomy (McKenna 1991).

Penilaian (assessment) terhadap nyeri harus terus menerus dilakukan jika merawat pasien kanker terminal untuk mendapatkan hidup bebas tumor, dan pasien harus dianjurkan untuk tetap berakktifitas sedapat mungkin. Pengobatan terhadap keluhan – keluhan lain seperti sulit tidur, muscle spasm, sulit buang air besar / kecil, kesulitan makan, perdarahan, bau busuk, juga harus diperhatikan.

KESIMPULAN

Peran Dokter Umum adalah sangat jelas didalam management kanker. Dokter umum harus menjadi partner yang kuat dari dokter spesialis yang khusus menangani penyakit keganasan.

Peran tersebut dapat disimpulkan sebagai beerikut.

  1. Sebagai Public Health Educator & Promotor yang konsisten didalam menangani kanker. Peran dokter umum menjadi sangat crucial, mengingat semakin maraknya iklan – iklan obat alternatif terhadap kanker yang menyesatkan masyarakat.
  2. Peran aktif di dalam skrining penderita kanker, terutama yang bersifat individual. Skrining dapat ditujukan pada semua jenis kanker, tetapi skrining yang lebih efektif terutama ditujukan pada tiga jenis kanker yaitu : kanker leher rahim, kanker payudara, dan kanker usus besar.
  3. Tingkatkan kecurigaan kemungkinan adanya kanker, sehingga dapat menasehati, melakukan tindakan diagnosis yang tepat ataupun mengirim pasien dalam waktu yang tepat.
  4. Ikut aktif didalam pengobatan paliatif terutama nyeri. Pasien dengan kanker terminal,  sebaiknya dirawat dirumah, dilingkungan keluarga, dalam supervisi dokter ataupun suatu home based hospice program. Peran dokter umum dalam hubungan dokter pasien dan keluarga menjadi sangat menentukan dan penting bagi pasien dan kelurga untuk dengan cepat melalui keadaan sulit ini      

KEPUSTAKAAN

  • Alberg  A.J, Singh S., May J. w., and Hizlsouer, K.J. 2000. Epidemiology prevention and early detection of breast cancer. Current Opinion in Oncology. 12.  6,.:  515 – 520.
  • Cardoso A. A. 2000.  Antitumor Immunity as Therapy for Human Cancer. In Bronchud M., et al. Editors. Principles of Molecular Oncology. Humana Press. Totowa, New Jersey.  14 : 359 – 394. 
  • Dome J. S., Look A. T. 1999. Three molecular determinats of malignant conversion and their potential as therapeutic targets. Current Opinion in Oncology. 11.1 : 58 – 67. 
  • Eatock M.M., Sxhatzlein A., Kaye S.B. 2000. Tumor vasculature as a target for anticancer therapy. Cancer Treatment Reviews.  26. 3 : 191 – 204. 
  • Eberlein T.J., Wilson R.E., 1991. In Holleb A., Fink D.J., Murphy G.P., ACS Textbook of Clinical Oncology. American Cancer Society. 3 : 25 – 34.
  • Ernster V.L., Cummings S.R.. 1991. Smoking and Cancer. In Holleb A., Fink D.J., Murphy G.P., ACS Textbook of Clinical Oncology. American Cancer Society. 9 : 107 – 124.
  • Heath Jr. C.W. 1991. Cancer Prevention. In Holleb A., Fink D.J., Murphy G.P., ACS Textbook of Clinical Oncology. American Cancer Society. 8 : 99 – 106.
  • Kritchevsky D., 1991. Diet and Cancer. In Holleb A., Fink D.J., Murphy G.P., ACS Textbook of Clinical Oncology. American Cancer Society. 10 : 125 – 132.
  • MsKenna R.J., 1991. Supportive Care & Rahabilitation of The Cancer Patient. In Holleb A., Fink D.J., Murphy G.P., ACS Textbook of Clinical Oncology. American Cancer Society. 37 : 544 – 554.
  • McLaughlin J., Gallinger S., 2005. Cancer Epidemiology. In Tannock., Hill., Bristow., Harrington., (Editors) The Basic Science of Oncology. 4th Edition. McGraw Hill. New York. 2 : 4 – 24.
  • Mendelsohn, Howley, Israel & Liota. 2002. The Molecular basis of Cancer. 2nd Edition. W.B. Saunders. Philadelphia.
  • Okey A.B., Harper P.A., Grant D.M., Hill R.P., 2005. Chemical and Radiation Carcinogenesis. In Tannock., Hill., Bristow., Harrington., (Editors) The Basic Science of Oncology. 4th Edition. McGraw Hill. New York. 3 : 25 – 48.
  • Weisburger J.H., Horn C.L., 1991. The Causes of Cancer. In Holleb A., Fink D.J., Murphy G.P., ACS Textbook of Clinical Oncology. American Cancer Society. 7 : 80 – 98.
  • Rosso J., Russo I.H., 2004. Molecular Basis of Breast Cancer. Prevention & Treatment. Springer – Verlag. Berlin. 
  • Ross J.S., HOrtobagyi G., 2005. Molecular Oncology of Breast Cancer. Jones & Barlett Publisher. Boston.
  • Sarjadi, Trihartini P., 2001. Cancer Registration in Indonesia. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention. Vol 2, Suppl 1, Annual IARC Meeting. KhonKaen, Thailand. pg. 21 – 24.


GEGURITAN : MATERI BAHASA JAWA

Geguritan = gurita = grita = gita. Geguritan iki kawiwitan saka carita Bharatayuda, Pendawa lawan Kurawa. Nalika senopatine Pendawa yaiku Bh...