PENGERTIAN ARTIKEL
Artikel adalah karangan faktual secara lengkao dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui Koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur. Artikel juga dapat didefinisikan sebagai tulisan lepas berisi opini seseorang atau kelompok yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan kontroversial untuk tujuan memberi informasi, mempengaruhi, dan meyakinkan atau menghibur khalayak umum. Berikut definisi artikel menurut beberapa sumber.
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel adalah karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya.
- Menurut Tartono, artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media masa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas.
- Menurut Ichtiar Baru, artikel adalah karangan prosa dalam media massa yagn membahas pokok masalah secara lugas. Sehingga yang terpenting dalam sebuah artikel adalah isi yang benar dan aktual, susunannya rapi, dan hemat kata – kata.
- Di dalam The America Heritage Desk Dictionary, artikel adalah bagian tulisan nonfiksi yang berbentuk bebas, bagian dari penerbitan seperti laporan dan esa.
- Dalam Longman Pitman Office Dictionary, artikel adalah sebuah tulusan prosa nonfiksi, berbentuk biasa, dan bagian bebas dari sebuah majalah, Koran, dan lain – lain.
- Dalam Webster’s Collegiate thesaurus, artikel adalah karangan, catatan, kritik, manifes, reportase, putusan, pelajaran, survey.
CIRI – CIRI ARTIKEL
- Lugas, artinya adalah tulisan langsung menuju persoalan.
- Logis, artinya adalah segala keterangan yang dipaparkan harus memiliki dasar dan alasan yang masuk akal dan dapat diuji kebenarannya.
- Tuntas, artinya adalah masalah atau tema yang dipilih dipaparkan secara mendalam.
- Obyektif, artinya adalah keterangan yang disajikan sesuai dengan data dan fakta yang ada.
- Cermat, artinya adalah berusaha menghindari berbagai kekeliruan walau sekecil apapun.
- Jelas dan padat, artinya adalah keterangan mudah dipahami.
- Tidak melibatkan emosi yang berlebihan.
- Menggunakan bahasa baku dan memperhatikan tanda baca
Akan tetapi, karena tidak ada aturan baku sebuah artikel harus seperti ini atau seperti itu, maka sebagian orang menyanggah pendapat mengenai ciri-ciri artikel diatas karena penulisan artikel bisa tergantung karena tujuan dituliskannya artikel.
BEBERAPA TUJUAN PENULIAN ARTIKEL
- Tujuan Penugasan: Misalnya seorang siswa sekolah yang diberi tugas untuk menulis sebuah artikel.
- Tujuan Informasi: Artikel yang tujuannya semata – mata untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai sebuah hal.
- Tujuan Persuasi (Membujuk): Artikel yang mengulas sesuatu hal yang di dalamnya terkandung muatan pembujukan kepada pembaca untuk melakukan suatu hal atau membeli suatu barang. Misalnya artikel tentang diabetes yang terselip materi promosi akan suatu produk bebas gula yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
- Tujuan Entertainment: Artikel yang tujuannya untuk menghibur pembaca.
- Tujuan Eksistensi: Artikel yang ditulis untuk menjadi penegasan diri atau untuk menyatakan eksistensi diri penulis kepada pembaca.
- Tujuan Kreatif: Artikel yang ditulis untuk penyaluran suatu ide.
- Tujuan Pemecahan Masalah: Artikel yang ditulis dengan tujuan membantu pembaca memecahkan permasalahan yang dihadapi.
JENIS – JENIS ARTIKEL
- Artikel Praktis: Artikel yang biasanya ditulis dalam majalah atau Koran yang singkat dan mudah dipahami.
- Artikel Ringan: Artikel yang mudah dipahami
- Artikel Halaman Opini: Artikel yang ditulis di halaman opini misalnya artikel tentang pendapat dari para pembaca.
- Artikel Analisis Ahli: Artikel yang ditulis tentang para ahli.
LANGKAH – LANGKAH MEMBUAT ARTIKEL
Langkah pertama dalam pembuatan artikel bagi penulis pemula adalah menentukan tema yang ingin dituliskan, setelah itu membuat kerangka karangan agar tulisan yang dihasilkan tidak melebar ke permasalahan lain. Penulisan artikel harus memperhatikan kepaduan antara satu paragraf dengan paragraf yang lain. Wawasan yang dimiliki penulis sangat memperngaruhi hasil tulisan. Terakhir adalah judul, pemilihan judul harus diperhatikan dengan baik karena judul merupakan wakil keseluruhan isi tulisan.
LANGKAH LENGKAP
Menguji Gagasan
Prinsip paling dasar dari melakukan kegiatan menulis ialah menentukan atau memastikan topik atau gagasan apa yang hendak dibahas. Ketika sudah menentukan gagasan tersebut, kita bisa melakukan sejumlah pengujian. Pengujian ini terdiri dari lima tahap sebagai berikut (Georgina dalam Pranata 2002: 124; band. Nadeak 1989: 44).
- Apakah gagasan itu penting bagi sejumlah besar orang?
- Dapatkah gagasan ini disempitkan sehingga memunyai fokus yang tajam?
- Apakah gagasan itu terikat waktu?
- Apakah gagasan itu segar dan memiliki pendekatan yang unik?
- Apakah gagasan Anda akan lolos dari saringan penerbit?
Pola Penggarapan Artikel
Ketika hendak menghadirkan artikel, kita tidak hanya diperhadapkan pada satu kemungkinan. Soeseno (1982: 16-17) memaparkan setidaknya lima pola yang bisa kita gunakan untuk menyajikan artikel tersebut. Berikut kelima pola yang dimaksudkan.
- Pola pemecahan topik: Pola ini memecah topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi subtopik atau bagian-bagian yang lebih kecil dan sempit kemudian menganalisa masing-masing.
- Pola masalah dan pemecahannya: Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah (bisa lebih dari satu) yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan yang ditemakan dengan jelas. Kemudian menganalisa pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli di bidang keilmuan yang bersangkutan.
- Pola kronologi: Pola ini menggarap topik menurut urut-urutan peristiwa yang terjadi.
- Pola pendapat dan alasan pemikiran: Pola ini baru dipakai bila penulis yang bersangkutan hendak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang topik yang digarapnya, lalu menunjukkan alasan pemikiran yang mendorong ke arah pernyataan pendapat itu.
- Pola pembandingan: Pola ini membandingkan dua aspek atau lebih dari suatu topik dan menunjukkan persamaan dan perbedaannya. Inilah pola dasar yang paling sering dipakai untuk menyusun tulisan.
Kelima pola penggarapan artikel di atas dapat dikombinasikan satu dengan yang lain sejauh dibutuhkan untuk menghadirkan sebuah tulisan yang kaya.
Menulis Bagian Pendahuluan
Untuk bagian pendahuluan, setidaknya ada tujuh macam bentuk pendahuluan yang bisa digunakan (Soeseno 1982: 42). Salah satu dari ketujuh bentuk pendahuluan berikut ini dapat kita jadikan alternatif untuk mengawali penulisan artikel kita.
Artikel Populer
- Memahami Struktur Karya Tulis Ilmiah (124,161)
- Menulis Artikel Ilmiah Populer (65,713)
- Biografi Kahlil Gibran (1883-1931) (63,974)
- Dasar-Dasar Jurnalistik (60,623)
- Tips Menulis Cerpen (60,172)
- Bagaimana Menulis Biografi (45,848)
- Langkah-langkah Meresensi Buku (44,183)
selebihnya
- Ringkasan: Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan pokok isi tulisan secara garis besar.
- Pernyataan yang menonjol: Terkadang disebut juga sebagai "pendahuluan kejutan", diikuti kalimat kekaguman untuk membuat pembaca terpesona.
- Pelukisan: Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian, atau hal untuk menggugah pembaca karena mengajak mereka membayangkan bersama penulis apa-apa yang hendak disajikan dalam artikel itu nantinya.
- Anekdot: Pembukaan jenis ini sering menawan karena memberi selingan kepada nonfiksi, seolah-olah menjadi fiksi.
- Pertanyaan: Pendahuluan ini merangsang keingintahuan sehingga dianggap sebagai pendahuluan yang bagus.
- Kutipan orang lain: Pendahuluan berupa kutipan seseorang dapat langsung menyentuh rasa pembaca, sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang akan dikemukakan dalam artikel nanti.
- Amanat langsung: Pendahuluan berbentuk amanat langsung kepada pembaca sudah tentu akan lebih akrab karena seolah-olah tertuju kepada perorangan.
Meskipun merupakan pendahuluan, bagian ini tidaklah mutlak ditulis pertama kali. Mengingat tugasnya untuk memancing minat dan mengarahkan pembaca ke arah pembahasan, sering kali menulis bagian pendahuluan ini menjadi lebih sulit daipada menulis judul atau tubuh tulisan. Oleh karena itu, Soeseno (1982: 43) menyarankan agar menuliskan bagian lain terlebih dahulu.
Menulis Bagian Pembahasan atau Tubuh Utama
Bagian ini disarankan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian. Masing-masing dibatasi dengan subjudul-subjudul. Selain memberi kesempatan agar pembaca beristirahat sejenak, subjudul itu juga bertugas sebagai penyegar, pemberi semangat baca yang baru (Soeseno 1982: 46). Oleh karena itu, ada baiknya subjudul tidak ditulis secara kaku.
Pada bagian ini, kita bisa membahas topik secara lebih mendalam. Uraikan persoalan yang perlu dibahas, bandingkan dengan persoalan lain bila diperlukan.
Menutup Artikel
Kerangka besar terakhir dalam suatu karya tulis ialah penutup. Bagian ini biasanya memuat simpulan dari isi tulisan secara keseluruhan, bisa juga berupa saran, imbauan, ajakan, dan sebagainya (Tartono 2005: 88).
Ketika hendak mengakhiri tulisan, kita tidak mesti terang-terangan menuliskan subjudul berupa "Penutup" atau "Simpulan". Penutupan artikel bisa kita lakukan dengan menggunakan gaya berpamitan (Soeseno 1982: 48). Gaya pamit itu bisa ditandai dengan pemarkah seperti "demikian", "jadi", "maka", "akhirnya", dan bisa pula berupa pertanyaan yang menggugah pembaca.
Pemeriksaan Isi Artikel
Ketika selesai menulis artikel, hal selanjutnya yang perlu kita lakukan ialah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Untuk meyakinkan bahwa tulisan yang kita hasilkan memang baik, kita harus rajin memeriksa tulisan kita. Untuk memudahkan pengoreksian artikel, beberapa pertanyaan berikut perlu kita jawab (Pranata 2002: 129-130).
Untuk pembukaan, misalnya, apakah kalimat pembuka bisa menarik pembaca? Dapatkah pembaca mulai mengerti ide yang kita tuangkan? Jika tulisan kita serius, adakah kata-kata yang sembrono? Apakah pembukaan kita menyediakan cukup banyak informasi?
Untuk isi atau tubuh, apakah kalimat pendukung sudah benar-benar mendukung pembukaan? Apakah masing-masing kalimat berhubungan dengan ide pokok? Apakah ada urutan logis antarparagraf?
Untuk simpulan, apakah disajikan dengan cukup kuat? Apakah mencakup semua ide tulisan? Bagaimana reaksi kita terhadap kata-kata dalam simpulan tersebut? Sudah cukup yakinkah kita bahwa pembaca pun akan memiliki reaksi seperti kita?
Jika kita menjawab "tidak" untuk tiap pertanyaan tersebut, berarti kita perlu merevisi artikel itu dengan menambah, mengganti, menyisipi, dan menulis ulang bagian yang salah.
ASPEK BAHASA DALAM ARTIKEL
Melihat target pembacanya yang adalah khalayak umum, kita perlu mencermati bahasa yang kita gunakan dalam menulis artikel ilmiah populer ini. Meskipun bersifat ilmiah (karena memakai metode ilmiah), bukan berarti tulisan yang kita hasilkan ditujukan untuk kalangan akademisi. Sebaliknya, artikel ilmiah populer ditujukan kepada para pembaca umum.
Mengingat kondisi tersebut, kita perlu membedakan antara kosakata ilmiah dan kosakata populer. Kata-kata populer merupakan kata-kata yang selalu akan dipakai dalam komunikasi sehari-hari, baik antara mereka yang berada di lapisan atas maupun di lapisan bawah, demikian sebaliknya. Sedangkan kata-kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus disebut kata-kata ilmiah.
CONTOH ARTIKEL
Contoh Artikel Bencana Alam
Telah terjadi gempa bumi yang berkekuatan 7,3 skala richter pada hari Selasa pukul 14.55. Pusat gempa terletak di 142 km Barat Daya dengan kedalaman 30 km Tasikmalaya. Gempa ini sempat berpotensi Tsunami (Sumber BMG). Sama halnya, Gempa dirasakan pada 9 September 2009 yang berkekuatan 5,2 skala richter terjadi di 64 km Barat Daya Krui-Lampung, 85 km Tenggara Bintuhan-Bengkulu, 87 km Barat Daya Liwa-Lampung, 165 km Barat Daya Belambanganumpu-Lampung, 176 km Barat Daya Sumsel.
21 Agustus 2009
KEJADIAN BENCANA DAN KESIAPAN MASYARAKAT
Akhir-akhir ini peristiwa bencana sering menimpa negeri ini, semua pihak merasa terkejut dengan rentetan kejadian bencana, diawali dengan Gempa Bumi yang diiringi gelombang tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara yang terjadi tanggal 26 Oktober 2004, merenggut nyawa berkisar 240.000 orang meninggal dan hilang, dari laporan Overseas Development Institute (ODI) tahun 2005, total kerugian finansial dan ekonomi dari bencana tsunami mencapai US$ 4,45 miliar atau sekitar Rp. 40 triliun atau sekitar 1,2 persen dari total PDB tahun 2006 , tanggal 6 Januari 2006 terjadi banjir Bandang dan tanah Longsor di Jember Jawa Timur dan Banjarnegara Jawa Tengah, tanggal 27 Mei 2006 Gempa Bumi yang terjadi di Daerah Istimewa Jogyakarta dan Jawa Tengah yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia, dari catatan Bappenas tahun 2006, kerugian finansial dan ekonomi akibat gempa bumi di Yogjakarta sebesar Rp 29,1 triliun, angka tersebut meliputi total kerusakan aset pemerintah, dunia usaha dan warga. Tanggal 2 Februari 2007 air menggenangi Ibukota Jakarta dan wilayah Jabodetabek setinggi 1 sampai 5 Meter, yang mengakibatkan ribuan rumah warga ibukota Jakarta dan wilayah Bekasi dan Tangerang terendam, dengan total kerugian finansial dan ekonomi akibat banjir berdasarkan perhitungan Bappenas mencapai Rp 8,8 triliun, tanggal 6 Maret 2007 terjadi Gempa Bumi di Sumatera Barat yang meluluhlantakkan pemukiman penduduk yang berakibat ratusan jiwa meninggal dan ribuan rumah rusak serta tanggal 10 September 2007 Gempa Bumi menghantam Provinsi Bengkulu dengan kekuatan 7,9 skala richter. Dari rangkaian kejadian tersebut membuktikan bahwa wilayah kepulauan Indonesia rentan terhadap kejadian peristiwa alam yang dinamakan bencana alam.
Melihat kondisi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki geografis, geologis, hidrologis dan demografis Indonesia yang memungkinkan terjadinya bencana,baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.Selain itu secara kultural, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, ras dan golongan, maka Indonesia sangat potensial terjadinya bencana yang disebabkan oleh karena ulah manusia termasuk kerusuhan sosial.Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu potensi utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard potency), potensi utama dapat dilihat dari peta rawan bencana yakni kita memiliki zona-zona rawan gempa, banjir dan terjadinya banjir bandang maupun tanah longsor, sedangkan potensi bahaya ikutan antara lain kepadatan pemukiman penduduk, prosentase bangunan yang terbuat dari kayu sangat tinggi utama diperkotaan atau yang dikenal dengan daerah kumuh diperkotaan.
TIPIKAL KORBAN BENCANA
Melihat beberapa peristiwa bencana yang menimpa beberapa daerah yang terkena musibah, banyak hal yang dapat penulis dapatkan dari pengalaman melaksanakan misi kemanusiaan untuk membantu korban bencana, baik dari segi karakteristik masyarakat maupun ketahanan mental masyarakat menghadapi musibah, sebagai ilustrasi saat terjadi bencana dan pasca bencana hampir seluruh masyarakat Aceh termenung seakan tak percaya dengan kejadian yang hanya 15 menit dapat menghancurkan sebagian wilayah Meulaboh, Kota Banda Aceh, Syah Kuala, Loknga dan kawasan pesisir Aceh, tatapan hampa terlihat dari raut wajah para pengungsi, tetapi dengan ketegaran jiwa dan dukungan serta simpati masyarakat dari belahan dunia ini rakyat Aceh bangkit menatap masa depan yang lebih cerah .
Penduduk Jogjakarta dan Jawa Tengah terlihat sabar dan nerimo terhadap peristiwa alam yang menimpa dirinya melalui ungkapan ya, mau gimana lagi mas, wong kita hidup ini ada yang maha mengatur, masyarakat Sumatera Barat sangat tegar menghadapi ujian dari Allah, ini terlihat dari kegigihan dan tidak larut dalam kedukaan, kito dirantaupun sudah biaso menghadapi rintangan seperti ini, warga Bengkulu khususnya di daerah Kecamatan Batiknau Bengkulu Utara begitu panik dan kalut, sehingga secara spontan ratusan warga dengan membawa senjata tajam, kayu dan bambu menunjukkan reaksi negative dengan cara menghadang kendaraan bantuan serta kendaraan pejabat pemerintah yang nomor polisi berwarna merah, bahkan membuat rintangan dijalan berupa pemasangan kayu balok, seng, kursi demi mengharapkan bantuan dari para dermawan, sehingga kendaraan yang lewat harus terlebih dahulu bernegosiasi sembari berujar kami ini korban gempa juga, jangan kendaraan lewat saja dan kami tidak dibantu, apa bedanya kami dengan masyarakat di Kabupaten Muko-muko.
Dari Sidoarjo akibat semburan lumpur panas yang tak kunjung henti, terbetik jeritan pilu dari warga seperti terlontar dari seorang ibu Sowi warga desa Siring yang menangis tersedu-sedu sambil berujar ” Saya telah kehilangan rumah, perabotan, kulkas, mesin cuci, saya telah kehilangan semua yang saya miliki selama ini, yang diikuti warga lainnya. Harta yang kami kumpulkan bertahun-tahun musnah oleh semburan dan genangan lumpur, kami tidak butuh janji-janji, kami butuh kepastian, kami kedinginan, tidur seadanya, demikian juga Pak Solihin seorang purnawirawan tak kuasa membendung duka yang dialaminya sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya dan mata yang berkaca-kaca. Beban psikologis tampak terasa amat berat dirasakan oleh para korban dan anak-anak yang sedang ditenda pengungsian sebagai tempat penampungan sementara sembari menunggu kepastian yang tak kunjung tiba. Tampak dari beberapa titik bahwa terlihat jelas beberapa pabrik tempat mereka mencari nafkahpun ikut terendam oleh lumpur panas. Kami tidak tahu sampai kapan harus bertahan disini.
Berpijak dari rangkaian kejadian tersebut, secara antisipatif mari kita selalu siap, siaga dan sigap untuk menghadapi kejadian bencana, yang notabene sudah menjadi bagian dari siklus kehidupan masyarat Indonesia, hal ini beranjak dari berbagai pengalaman yang pernah kita lihat, kita rasakan dan kita saksikan selama ini. Sikap mental yang tangguh sangat menentukan percepatan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena musibah, sikap tawakal dan menganggap peristiwa alam adalah konsekuensi dari hidup saling membutuhkan antara manusia , alam dan seisinya. Perilaku yang bijak serta bertawakal kepada Allah mutlak harus tertanam didalam hati sanubari setiap insan dalam menyikapi peristiwa alam yang terjadi. Manusia terkadang lupa, apa yang diperbuat dimuka bumi ini merupakan investasi sosial yang diimplementasikan dalam bentuk akumulasi tindakan dan perbuatan yang akan berimbas pada hasil yang akan diterimanya selama hidup bersinergi dengan alam.
Untuk memperkuat kesiapsiagaan itulah perlu adanya semacam personel penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat, seperti halnya TAGANA.
Diposkan oleh Irfan pada hari Selasa, 16 Februari 2012
Label: ARTIKEL, pendidikan